Sabtu 04 Jan 2020 12:17 WIB

Puncak Musim Hujan Belum Tiba

BMKG mencatat tahun ini curah hujan tertinggi sepanjang sejarah 150 tahun terakhir.

Sejumlah warga melihat kondisi jalan yang longsor akibat terkena terdampak banjir bandang di Desa Lebak Gedong Lebak, Banten, Rabu (1/1/2020).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Sejumlah warga melihat kondisi jalan yang longsor akibat terkena terdampak banjir bandang di Desa Lebak Gedong Lebak, Banten, Rabu (1/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)memprediksi puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Februari hingga Maret 2020. Artinya, pada Januari ini musim hujan belum mencapai puncaknya. Meskipun begitu, kondisi hujan saat ini membuat banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal meminta masyarakat tetap waspada menghadapi musim hujan, terutama memasuki masa puncak mulai Februari mendatang. "BMKG mengimbau agar semua pihak dan masyarakat tetap waspada terhadap peluang curah hujan tinggi yang masih mungkin mengingat puncak musim hujan diprakirakan akan terjadi pada bulan Februari hingga Maret," kata Herizal saat dikonfirmasi, Jumat (3/1).

Baca Juga

Herizal menambahkan, BMKG mendefinisikan puncak musim hujan sebagai periode ketika akumulasi curah hujan mencapai jumlah tertinggi pada suatu dasarian untuk tiap zona musim. Tahun ini, kata Herizal, BMKG mencatat curah hujan ter tinggi tercatat sepanjang sejarah 150 tahun terakhir.

"Curah hujan ekstrem lebih tinggi 150 mm per hari yang turun cukup merata di wilayah DKI Jakarta telah memicu banjir besar sebagaimana telah terjadi di tahun 2015 dan 2007 lalu," kata Herizal.

Menurut dia, di wilayah Jabodetabek, berdasarkan data 43 tahun terakhir, curah hujan harian tertinggi per tahun memang mengindikasikan tren kenaikan intensitas 10-20 mm per sepuluh tahun. Peluang terjadinya hujan pun meningkat 2 sampai 3 persen dibandingkan 100 tahun lalu. "Hal ini menandakan hujan-hujan besar yang dulu jarang, kini lebih berpeluang kerap hadir pada kondisi iklim saat ini," tutur Herizal.

BMKG sendiri memprediksi hujan ekstrem akan kembali terjadi pekan depan. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, curah hujan ekstrem tersebut diperkirakan berlangsung hingga 10 Januari 2020.

Curah hujan tersebut terjadi akibat udara basah yang bergerak dari timur Afrika. Udara basah bergerak berarak-arakan menuju Samudra Pasifik, tapi jalurnya akan melewati sejumlah wilayah di kepulauan Indonesia.

photo
Pekerja memperbaiki rel pascabanjir di kawasan Stasiun Rawa Buaya, Jakarta, Jumat (3/1/2020).

Diprakirakan pada 5 Januari 2020 udara tersebut masuk ke Sumatra Barat menuju Samudra Pasifik. Masuk menuju ke Kalimantan dan juga berdampak ke Jawa. Kemudian udara tersebut juga akan mengenai Bangka, Belitung, Jambi, Sumatra Selatan, dan Lampung.

Dwikorita mengatakan, biasanya hujan akan terjadi menjelang malam hingga dini hari. "Sehingga mohon ini diperhatikan, jadi pada tanggal 5-10 curah hujan intensitasnya diperkirakan meningkat lagi," kata Dwikorita, ditemui di kantor BPPT, Jumat.

Selanjutnya, pada 11-15 Januari 2020 udara basah itu akan memengaruhi daerah lain. "Masuk sampai Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, akhirnya mampir ke Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara," kata dia. Menghadapi cuaca ekstrem yang akan melanda sebagian wilayah Indonesia, pemerintah daerah sudah memprediksi wilayah yang terancam terkena bencana memasuki puncak musim hujan mendatang.

Selain di Jakarta, di Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) menuturkan Pemerintah Provinsi Jabar sudah menandatangani surat tanggap daru rat untuk enam wilayah. Keenam wilayah tersebut adalah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Kabu pa ten Karawang, dan Kabu paten Indra mayu.

Menurut Emil, penetapan daerah tanggap darurat ini diperkirakan sam pai dua pekan ke depan. Hal tersebut karena kondisi cuaca di daerah tersebut kemung kin an masih ekstrem. Bahkan, berda sar kan prediksi BMKG kondisi cuaca se perti sekarang diprediksi sampai 10 Januari 2020.

"Curah hujan kemarin dan sejauh ini memang yang terekstrem sejak 2007. Kemarin itu curah hujan bisa sampai 100 milimeter per hari dan di Halim itu 377 milimeter per hari,"ujarnya. Pemprov Jabar bakal melakukan perbaikan kawasan terdampak dan menurunkan personel sebanyak mungkin untuk menjalankan pertolongan. (arif satrio nugroho/arie lukihardianti, ed:agus raharjo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement