REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumatra Barat (Sumbar) Wahyu Purnama mengatakan, Sumbar mengalami inflasi tipis pada penghujung 2019. Pada periode Desember 2019, Sumbar mengalami inflasi sebesar 0,06 persen (mtm). Angka ini meningkat dibandingkan periode November 2019 di mana Sumbar mengalami deflasi sebesar -0,31 (mtm).
Wahyu menjelaskan, laju inflasi di Sumbar pada periode Desember 2019 berada di bawah realisasi inflasi di kawasan Sumatra yakni 0,30 persen (mtm). Sementara inflasi nasional pada Desember 2019 berada di angka 0,34 persen (mtm).
"Besaran inflasi Desember 2019 menjadikan Sumbar sebagai provinsi dengan inflasi terendah dari 8 provinsi di Kawasan Sumatera yang mengalami inflasi, serta menjadikan provinsi terendah ke-2 secara nasional setelah Provinsi Sulawesi Selatan (0,04 persen (mtm))," kata Wahyu, melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (4/1).
Sementara secara tahunan, pergerakan harga pada Desember 2019 di Sumbar menunjukkan inflasi sebesar 1,67 persen (yoy). Angka ini menurut Wahyu lebih rendah dibandingkan 2019 yakni sebesar 2,60 persen (yoy). Angka inflasi tahunan Sumbar ini juga menjadi yang terendah ke 2 di Sumatra setelah Provinsi Jambi yakni 1,4 persen (yoy).
Wahyu meneruskan analisis BI Sumbar memperlihatkan tekanan inflasi pada Desember 2019 berasal dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Ditinjau dari komoditasnya, inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan disebabkan karena meningkatnya harga tarif angkutan udara, yang sejalan dengan peningkatan permintaan pada musim Hari Keagamaan Besar Nasional (HKBN) dan libur panjang akhir tahun.
Wahyu menyebut laju indeks harga konsumen (IHK) kelompok transportasi di Sumbar mengalami inflasi sebesar 0,65 (mtm). Meningkat dibandingkan periode November yakni 0,05 persen. Sementara kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau pada Desember 2019 mencatatkan inflasi 0,21 persen (mtm), meningkat tipis dibandingkan periode November 2019 yakni 0,12 persen.
"Inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan pangan yakni telur ayam ras, beras, jengkol, dan bawang merah," ucap Wahyu.
Harga telur ayam ras meningkat karena peningkatan permintaan. Harga beras, jengkol dan bawang merah mengalami peningkatan akibat faktor cuaca yang kurang kondusif sehingga menghambat proses produksi dan penjemuran atau pengeringan.
Di sisi lain, tekanan inflasi Desember 2019, tertahan lebih lanjut seiring dengan penurunan harga komoditas dari beberapa bahan pangan strategis seperti cabai merah, bayam, emas, cabai hijau dan kacang panjang. Harga cabai merah dan cabai hijau masih terjaga karena masih cukupnya pasokan dari dalam dan luar Sumbar. Sementara itu, harga emas sedikit terkoreksi karena peningkatan penjualan kembali emas oleh masyarakat untuk kebutuhan libur sekolah dan libur akhir tahun.