REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Petugas medis Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten mengeluhkan kekurangan obat-obatan, sehingga warga korban bencana banjir bandang tidak maksimal untuk menjalani pengobatan.
"Kami berharap Dinas Kesehatan setempat dapat menyalurkan bantuan kekurangan obat-obatan itu," kata Amelia dan Hardi, petugas Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Jumat (3/1).
Masyarakat korban bencana banjir sangat membutuhkan obat-obatan untuk penyembuhan penyakit yang dideritanya.
Saat ini, kebanyakan warga yang tinggal di pengungsian mulai terserang berbagai penyakit, seperti gatal-gatal, pilek, batuk, demam hingga diare.
Mereka tinggal di pengungsian itu tidak layak dengan tidur beralasan tikar dan seadanya juga pakaian hanya melekat di badan tanpa diganti.
Disamping itu juga para pengungsi sekitar 1.000 orang tentu rawan serangan penyakit.
"Kami hingga kini melayani pengobatan warga pengungsi yang datang ke posko kesehatan mencapai 250 orang," katanya menjelaskan.
Dia khawatirk kunjungan para pengungsi untuk berobat akan bertambah sementara obat-obatan menipis.
Obat-obatan yang kurang itu antara lain paracetamol bayi dan balita, obat gatal, salep gatal, obat batuk pilek bayi dan balita dan obat maag.
Selama ini, obat-obatan yang ada menipis dan tidak bisa untuk memberikan pengobatan sesuaidosis.
"Kami berharap malam ini kekurangan obat-obatan itu sudah didistribusikan ke posko kesehatan," katanya berharap.
Sementara itu, sejumlah pasien warga pengungsian mengatakan bahwa mereka merasa kecewa saat berobat di posko kesehatan tidak menerima obat gatal dan batuk.
"Kami berobat ke sini hanya dilakukan tensi untuk mengetahui tekanan darah tanpa diberi obat," kata Ma'ruf, seorang warga pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira.