REPUBLIKA.CO.ID, Air kecokelatan itu kini menjadi momok bagi Lasiem, warga Cipinang Melayu yang menjadi korban banjir Jakarta dan kini tinggal di pengungsian, setelah rumahnya terendam air setinggi dua meter. Banjir di kawasan itu terjadi setelah hujan deras sejak Rabu (1/1) mengguyur Jakarta dan beberapa kawasan sekitarnya.
"Habis semua, kulkas saya bahkan sampai tidak kelihatan lagi. Baju-baju juga hampir semua terendam," ujarnya ketika ditemui di pengungsian warga Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Kamis (2/1).
Lasiem tidak sendiri, masih ada ratusan orang lain di Kelurahan Cipinang Melayu yang harus meninggalkan rumah mereka akibat banjir yang melanda daerah tersebut sejak hujan membuat rumah mereka terendam air yang disebabkan meluapnya Kali Sunter. Menurut informasi versi warga, air mulai masuk rumah di kawasan itu sejak pukul 02.00 WIB.
Permukaan air secara perlahan tapi pasti kemudian mulai naik hingga pada puncaknya, yang tersisa hanyalah genting rumah untuk menyelamatkan diri. Lasiem hanya berhasil menyelamatkan beberapa potong baju dan satu surat berharga. Barang-barang berharga lain, kini sudah terendam air kecokelatan, tidak diketahui lagi nasibnya.
Lain lagi cerita Rochman, warga RW04, Kelurahan Cipinang Melayu yang ikut mengungsi di Kampus Borobudur bersama dua anggota keluarganya, Mereka tidur hanya dengan beralaskan tikar dan selimut yang dibagikan petugas Dinas Kesehatan yang mengurus pengungsi.
Sadar bahwa air sudah mulai masuk, dia langsung berusaha membereskan barang-barang yang bisa digapai sambil mencari surat-surat berharga untuk dimasukkan dalam tas punggungnya. Banjir bukan hal yang asing bagi warga daerah tersebut.
Meski sudah berusaha untuk menyelamatkan barang-barang berharga, tetap saja masih banyak yang harus dia relakan, ditinggal di dalam rumah, yang menurut pengakuan dia terendam hingga dua meter.
"Cuma segini yang selamat, banjirnya cepat naik yang ini. Sampai kemarin saja masih banyak tetangga yang harus dievakuasi sama polisi," tegas dia.
[video] Jakarta Banjir, Ini Penjelasan Anies
Lumpuh
Banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya dimulai sejak Rabu (1/1), ketika hujan yang tidak berhenti membuat beberapa titik di Ibu Kota dan kota lain di sekitarnya lumpuh karena genangan air. Bahkan, banjir juga menyebabkan 30 orang meninggal, menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai dengan Kamis (2/1) malam.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB Agus Wibowo mengatakan kebanyakan korban meninggal akibat terseret arus air yang deras, longsor, tersengat listrik, dan hipotermia. Korban meninggal terbanyak, menurut data BNPB, terdapat di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan total 11 orang yang seluruhnya akibat terseret arus banjir. Korban terbanyak kedua berasal dari Jakarta Timur tujuh orang meninggal, sedangkan Kota Bekasi dan Depok, masing-masing tiga korban jiwa.
Sementara itu, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Kabupaten Bekas, Kota Bogor, serta Kota Tangerang mencatat masing-masing satu korban jiwa. Terkait dengan penyebab kematian terbesar, menurut data BNPB, terseret arus banjir dengan 17 orang meninggal, sedangkan lima orang meninggal akibat tertimbun longsor, lima lainnya tersengat listrik, dan tiga orang harus merenggang nyawa karena hipotermia.
Tidak hanya korban jiwa, total 31.232 orang tercatat harus meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi akibat banjir di 296 titik penampungan, menurut data Posko Banjir Jakarta hingga Kamis (2/1). Total sekitar 64.000 orang mengungsi akibat banjir, menurut Kepala BNPB Doni Monardo.
Badan Meteorolog, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan masyarakat masih harus bersiap menghadapi hujan deras yang diprakirakan berlangsung hingga 10 Januari 2020.
Banjir Jakarta