Jumat 03 Jan 2020 18:55 WIB

Warga Khawatir Hujan Lebat Kembali Timbulkan Banjir Besar

Curah hujan tinggi diperkirakan hingga 15 Januari.

Rep: Idealisa Masyafrina/ Red: Muhammad Hafil
Warga terdampak banjir beraktivitas di sekitar tenda pengungsian di kawasan Stasiun Rawa Buaya, Jakarta, Jumat (3/1/2020).
Foto: Antara/Fauzan
Warga terdampak banjir beraktivitas di sekitar tenda pengungsian di kawasan Stasiun Rawa Buaya, Jakarta, Jumat (3/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Intensitas curah hujan ekstrem diperkirakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan terjadi hingga 15 Januari mendatang. Hal ini tentunya membuat khawatir masyarakat yang terkena banjir besar sejak malam Tahun Baru 2020.

"Ini aja seminggu belum tentu bersih semua," kata Eva Tanjung (54 tahun) salah satu warga Villa Taman Kartini, Bekasi, yang mengalami banjir setinggi 1,7 meter. Dia dan beberapa anggota keluarganya sibuk membersihkan rumah dari jejak-jejak kotoran banjir.

Baca Juga

Sejak 2011 tinggal di perumahan ini, Eva sekeluarga tidak pernah mengalami banjir hingga menenggelamkan lantai satu rumahnya. Biasanya banjir hanya menggenang sebatas kaki, sehingga banyak warga di kawasan perumahan tersebut merasa tidak cemas meninggalkan mobil untuk liburan tahun baru.

Eva sekeluarga yang tidak liburan ke luar kota dan hanya kumpul di rumah tak ayal terkurung saat banjir semakin meninggi. Saat itu, 6 orang saudaranya menginap sehingga sebanyak 9 orang terpaksa tidur bertumpuk di lantai 2.

Saat ada peringatan kenaikan air di Kali Bekasi, mobil sudah diparkirkan di luar perumahan, sedangkan berbagai perabotan yang dapat diselamatkan seperti televisi diangkut ke lantai 2.

"Kulkas, kasur dan perabotan lain nggak selamat," kata Eva.

Keenam saudaranya bahkan harus dievakuasi menggunakan perahu karet, meskipun ia serta suami dan anaknya tetap menunggu banjir surut di lantai dua.

Tetangganya, Suwadi (72 tahun), yang khawatir banjir semakin tinggi pada 1 Januari, berenang dengan istrinya untuk keluar dari area perumahan yang kebanjiran. Putrinya yang tengah hamil besar dievakuasi dengan perahu karet yang tiba Rabu (1/1) sore.

"Semuanya terendam. Kita khawatir naik sampai lantai dua, jadi berenang keluar," kata Suwadi, yang masih terlihat fit untuk berenang di tengah banjir.

Meskipun saat ini banjir telah surut, keduanya khawatir akan adanya banjir susulan saat hujan kembali datang. Apalagi masih banyak tumpukan sampah belum seluruhnya dibersihkan di areal perumahan. Kerugian material serta timbulnya penyakit menjadi kekhawatiran bagi korban banjir.

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Haryadin Mahardika menilai banjir yang melanda wilayah Jabodetabek kali ini menimbulkan kerugian material besar, terutama bagi masyarakat. Hal ini karena banjir melanda areal residensial atau hunian.

"Dampaknya terutama kerugian material kepada masyarakat. Mengingat banjir terjadi saat libur, aktivitas bisnis tidak banyak terjadi," kata Haryadin.

Sementara itu Pakar Manajemen Lingkungan Universitas Diponegoro Prof. Sudharto P. Hadi menegaskan perlunya untuk melakukan normalisasi sungai untuk antisipasi banjir dalam jangka pendek. Apalagi hingga Maret 2020 diperkirakan hujan masih akan terus melanda wilayah Jabodetabek.

"Sementara untuk jangka panjang perlu naturalisasi. Ini perlu re-mapping wilayah Jabodetabek, satuan wilayah bukan hanya wilayah ekonomi tapi juga lingkungan," kata Prof. Sudharto.

Menurutnya, wilayah Jabodetabek perlu dipetakan ulang sebagai wilayah ekoregion atau yang memiliki kondisi lingkungan saling berkesinambungan. Hal ini agar hulu dan hilir saling menopang daya dukung lingkungan dan dapat mengantisipasi bencana serupa.

"Setiap tahun banjir terjadi. Dengan banjir besar seperti ini lalu tahun baru harus menjadi momentum kita bergerak secara responsif dan proaktif," kata Prof. Sudharto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement