Jumat 03 Jan 2020 15:12 WIB

Siaga Banjir di Pulau Jawa

Kewaspadaan terhadap banjir di Pulau Jawa dilakukan setelah peringatan cuaca ekstrem.

Anak-anak melihat mobil yang rusak pascabanjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Jawa Barat, Kamis (2/1).
Foto: Republika/Prayogi
Anak-anak melihat mobil yang rusak pascabanjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Jawa Barat, Kamis (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Bowo Pribadi, Arie Lukihardianti, Antara

SEMARANG — Cuaca ekstrem diprakirakan masih mengintai di atas Pulau Jawa. Artinya, tidak hanya Jabodetabek yang masih harus mewaspadai banjir akibat hujan.

Baca Juga

Menghadapi puncak musim penghujan yang diprediksi bakal berlangsung bulan Januari dan Februari tahun ini Jawa Tengah mewaspadai bencana banjir. Khususnya daerah yang berada pada wilayah sungai cakupan kerja Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana, BBWS Bengawan Solo serta wilayah sungai Serayu-Bogowonto, yang menjadi cakupan kerja BBWS Serayu Opak.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Pramana mengatakan, seperti halnya kawasan Jabodetabek, sejumlah wilayah di Jawa Tengah juga berpotensi terhadap banjir bandang akibat luapan sungai.

Khususnya pada masa puncak musim penghujan di wilayah Jawa Tengah pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari tahun ini, dengan curah hujan rata-rata mencapai 500 milimeter (mm). “Wilayah-wilayah yang berada di kawasan kerja Pemali Juana, Bengawan Solo, dan Bogowonto menjadi sangat diwaspadai terkait dengan potensi banjir besar ini,” ungkapnya, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/1).

Menurutnya, kewaspadaan ini menjadi hal yang sangat penting mengingat peralatan yang dimiliki oleh Jawa Tengah tidak akan mencukupi. Apalagi jika bencana banjir bandang terjadi secara bersamaan, di beberapa wilayah di daerah ini.

Diperkirakan butuh waktu cukup lama untuk melaksanakan recovery atau pemulihan. Oleh karena itu kabupaten/kota yang wilayahnya berpotensi terdampak agar memanfaatkan potensi-potensi kearifan lokal.

Daerah diminta menyiapkan getek atau rakit, bisa dari kayu atau pelepah pisang. Selain itu juga menyiapkan ban dalam truk yang telah dipompa. Sehingga saat terjadi banjir, peralatan tersebut bisa dibagikan dan dioptimalkan, jelasnya.

Jika tidak memungkinkan, lanjut Sarwa, pemerintah daerah (pemda) bisa menyewa perahu nelayan yang memang tidak sedang digunakan untuk melaut.

“Jadi persiapannya sudah dimulai dari hari ini. Komunikasikan dengan nelayan, begitu banjir terjadi, perahu nelayan bisa langsung disewa. Kalau mengandalkan perahu karet saja, tidak cukup jika di beberapa daerah terjadi banjir,” tegasnya.

Sarwa juga menyampaikan, pemkab/pemkot juga sudah harus mengidentifikasi tempat pengungsian sementara. Jangan sampai korban bencana diungsikan dengan tenda-tenda darurat di tengah kondisi cuaca yang sangat tidak mendukung.

“Kasihan pengungsi, kalau mereka dievakuasi dari rumahnya yang tergenang air lalu diungsikan ditempatkan di tenda-tenda darurat. Sementara kondisi cuaca sendiri dimungkinkan masih sangat buruk,” ungkapnya.

Lebih baik memanfaatkan balai desa, aula-aula atau gedung-gedung Gelanggang Olah Raga (GOR) yang ada dan aman dari dampak genangan banjir. Karena secara konstruksi dan daya tamping jauh lebih memadai.

Ia juga mengungkapkan, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya ada beberapa daerah yang berpotensi terjadi banjir besar. Seperti Solo Raya, Pati, Purworejo, Cilacap, Demak, Kudus, dan sebagian wilayah Jepara.

Khusus dalam mewaspadai bencana pada puncak musim hujan tersebut, Jawa Tengah juga sedang waspada potensi tanggul jebol. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di daerah disebutnya sudah mengidentifikasi.

Karena bahaya yang mengintai akibat tanggul jebol adalah terjadinya banjir bandang. “Selain tanggul jebol, bukit yang gundul juga penting diwaspadai. Pada saat intensitas hujan tinggi, bisa ‘terjun bebas’ terjadi banjir bah bercampur batu dan lumpur."

Di sejumlah daerah dengan kerawanan tinggi, kearifan lokal yang harus dioptimalkan adalah siskamling. “Ketika ada tanda-tanda terjadi longsor, bisa langsung diumumkan menggunakan kentongan atau media komunikasi tradisional lainnya,” kata mantan Kepala BPBD Provinsi Jawa Tengah ini.

Tanggap Darurat Jabar

Di Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil, mengatakan Pemprov Jabar sudah menandatangani surat tanggap darurat untuk enam wilayah. Keenam wilayah itu adalah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Indramayu.

"Dengan adanya surat penetapan tanggap darurat maka kita akan mengirimkan bantuan dengan total Rp 5 sampai Rp 6 miliar," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai melaksanakan rapat pimpinan, Jumat (3/1).

Menurut Emil, penetapan daerah tanggap darurat ini diperkirakan sampai dua pekan ke depan. Hal itu diberlakukan karena kondisi cuaca di daerah tersebut kemungkinan masih ekstrem. "Curah hujan kemarin dan sejauh ini memang yang terekstrem sejak 2007. Kemarin itu curah hujan bisa sampai 100 milimeter per hari dan di Halim itu 377 milimeter per hari," katanya.

Emil mengatakan Pemprov Jabar akan melakukan perbaikan kawasan terdampak dan menurunkan personel sebanyak mungkin untuk memberi pertolongan. Dengan kondisi ini, ia pun meminta warga agar meningkatkan kewaspadaan, khususnya mereka yang tinggal atau kerap beraktivitas di daerah rawan bencana.

Saat ini, kata Emil, pihaknya sudah menugaskan setiap kepala rukun warga (RW) melalui aplikasi Sapa Warga untuk memberitahu kepada masyarakat sekitar terkait data terbaru dari BMKGs setiap saat. Emil menilai persoalan ini sudah cukup berat dan masuk dalam ketegori lintas daerah. Ia sudah berkoordinasi dengan pimpinan daerah lain seperti Gubernur DKI Jakarta dan perwakilan dari pemerintah pusat.

"Karena kita juga harus menaikkan level ketahanan lebih tinggi pada 2020," katanya.

Emil pun meminta masyarakat yang terdampak banjir tetap tenang dan menjaga keselamatannya. Saat ini BNPB daerah, Brimob, Basarnas, dan berbagai elemen tengah berupaya sekuat tenaga memberikan pertolongan.

Selain itu, Emil pun meminta agar tidak ada pihak manapun yang menyudutkan seseorang atau institusi tertentu dalam musibah ini. "Nanti saja sesi ini kita bahas di waktu yang lebih baik. Sekarang fokus pada penyelamatan, evakuasi, dan keamanan warga," katanya.

Dari pantauan melalui media sosial, kata dia, banyak warga yang kerap menyalahkan salah satu pihak atas kejadian ini. Hal itu seharusnya dihindari dan warga baiknya mengutamakan memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.

photo
Petani memperbaiki tanggul saluran yang jebol akibat banjir di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Sabtu (28/12/2019).

Posko Jawa Timur

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) juga telah membuka posko layanan informasi dan pengaduan terkait kesiapsiagaan dan ketanggapcdaruratan bencana alam yang mengancam wilayah setempat. "Layanan tersebut khusus berkaitan dengan bencana alam dan siapa saja dapat menghubunginya," ujar Pelaksana Tugas Kepala Biro humas dan Protokol Setdaprov Jatim, Aries Agung Paewai di Surabaya, Jumat (3/1).

Pada layanan tersebut juga diberikan informasi untuk tanggap terhadap bencana serta perkembangan cuaca yang terjadi. Posko dan layanan dibuka Pemprov Jatim, ujar dia dibuka dalam bentuk call center atau telepon maupun media sosial.

Khusus berbasis telepon di nomor 081231780000 dan 081332009050, kemudian berbasis daring dan media sosial di alamat Twitter @JatimPemprov serta facebook "Pemprov Jawa Timur".

Ia menjelaskan, setelah call center memperoleh informasi, masukan, harapan dari masyarakat maka petugas yang bekerja 24 jam akan memprosesnya untuk kemudian ditindaklanjuti ke organisasi perangkat daerah (OPD) teknis. "Koordinasi dan sinergi OPD terkait sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi bencana di Jatim. Harapannya dengan adanya call center ini bisa menjadi langkah mengatisipasi ataupun menangani bencana,"lanjut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim tersebut.

Sementara terkait bencana di provinsi ini Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa telah menetapkan status siaga darurat bencana hydrometeorologi melalui surat keputusan (SK) Nomor 188/650/KPTS/013/2019 tertanggal 16 Desember 2019. Di sisi lain, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak meminta masyarakat tidak panik, namun tetap waspada dalam menghadapi adanya ancaman bencana hydrometeorologi.

Bencana hydrometeorologi merupakan bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, seperti banjir, longsor hingga puting beliung.

Kepolisian Daerah Jawa Timur mendirikan sebanyak 16 posko siaga banjir yang ditempatkan di sejumlah titik di daerah rawan bencana sekaligus upaya mengantisipasinya. "Untuk siaga bencana, masing-masing Polres sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah membangun posko, terutama daerah rawan banjir," ujar Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan di Mapolda di Surabaya, Jumat.

Kapolda mengatakan posko itu nantinya bisa dimanfaatkan masyarakat yang berteduh saat hujan, terlebih adanya ancaman banjir.

Di dalam posko berbentuk tenda, kata dia, telah dilengkapi dapur umum beserta makanannya, layanan kesehatan dan peralatan untuk mengantisipasi ancaman banjir.

Sementara itu, jenderal polisi bintang dua itu juga menyebut terdapat beberapa daerah rawan banjir yang perlu diwaspadai. Antara lain Bondowoso, Lamongan, Tuban, Ngawi dan lainnya.

"Juga ada daerah yang rawan longsor, seperti di kawasan 'Matraman', seperti Trenggalek, kemudian di Kabupaten Malang dan beberapa daerah lainnya," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan alat-alat berat yang telah ditempatkan di daerah-daerah rawan tanah longsor. "Kami siapkan, termasuk alat-alat berat yang didekatkan ke daerah-daerah pegunungan. Apabila jalan sekitar gunung terjadi longsor maka alat berat itu bisa melakukan evakuasi," tuturnya.

Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BKMG), telah merilis potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia, termasuk di Jawa Tengah, dalam sepekan ke depan. Kondisi tersebut dipicu oleh adanya fenomena atmosfer skala regional hingga local.

Yaitu, aktifnya Monsun Asia yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia, terbentuknya pola konvergensi dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah.

Suhu permukaan laut di sekitar wilayah perairan yang cukup hangat sehingga menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan, serta diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer (Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave) yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin berpotensi terjadi di beberapa wilayah di tanah air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement