Kamis 02 Jan 2020 16:50 WIB

Musim Tanam Serentak, Petani Khawatir Rebutan Air

Musim tanam diperkirakan bulan ini.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Musim tanam di Indramayu diperkirakan bulan ini. Foto: Ratusan hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mengalami kekeringan parah di musim tanam gadu 2019, Senin (10/6).
Foto: Dok Istimewa
Musim tanam di Indramayu diperkirakan bulan ini. Foto: Ratusan hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mengalami kekeringan parah di musim tanam gadu 2019, Senin (10/6).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Mundurnya musim hujan pada akhir 2019 lalu, membuat lahan pertanian untuk semua golongan layanan air irigasi di Kabupaten Indramayu diperkirakan tanam serentak bulan ini. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan rebutan air antarpetani yang berpotensi timbulnya ancaman kekeringan pada saat musim tanam gadu (kemarau).

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang mengatakan, kekurangan air akibat minimnya pasokan air irigasi maupun terlambatnya musim hujan pada akhir 2019. Ini membuat jadwal musim tanam juga mundur untuk semua golongan.

Baca Juga

Sutatang mencontohkan, berdasarkan jadwal tanam untuk musim tanam rendeng 2019/2020, lahan pertanian yang masuk layanan irigasi golongan 1 semestinya sudah melaksanakan tanam pada November 2019. Golongan itu lebih dulu melaksanakan tanam karena mendapat layanan irigasi lebih awal dibandingkan golongan II, III dan IV.

Namun, hingga Desember 2019, pasokan air irigasi ternyata masih sangat minim. Begitu pula dengan hujan yang tak kunjung turun.

‘’Akibatnya, sampai Desember kemarin, sebagian besar lahan belum memulai tanam. Suplai air dari Waduk Jatigede belum mencukupi dan hujan pun belum turun,’’ kata Sutatang, Kamis (2/1).

Namun, lanjut Sutatang, sekitar 60 persen lahan sudah melakukan persemaian pada Desember 2019. Petani bersiap melakukan tanam jika curah hujan sudah mencukupi.

‘’Karena itu petani sangat senang melihat hujan yang saat ini mulai turun di Kabupaten Indramayu,’’ tutur Sutatang.

Bagi petani yang sudah melakukan persemaian, lanjut Sutatang, mereka akan segera melakukan tanam. Petani yang lain pun sudah langsung memulai pengolahan lahan maupun membuat persemaian.

Sutatang menyatakan, tanam serentak untuk semua golongan itu dikhawatirkan akan menimbulkan ancaman kekeringan pada musim tanam gadu (kemarau) 2020 mendatang. Pasalnya, petani akan membutuhkan pasokan air di saat yang bersamaan.

‘’Sekarang kan tanamnya serentak, panennya juga akan serentak. Dan nanti tanam gadunya juga akan sama lagi. Pasti petani akan rebutan air,’’ tukas Sutatang.

Selain rebutan air yang berdampak pada ancaman kekeringan pada musim gadu, tambah Sutatang, tanam serentak untuk semua golongan juga berdampak pada kurangnya buruh tanam maupun panen. Pasalnya, para petani pemilik lahan maupun petani penggarap membutuhkan tenaga mereka di waktu yang juga bersamaan. 

Hal senada juga diungkapkan Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Waryono. Dia pun menilai, tanam serentak untuk semua golongan bisa menimbulkan ancaman kekeringan pada musim tanam gadu mendatang.

‘’Ini bahaya. Petani akan berebut air di musim tanam gadu. Saya berharap pemerintah bisa mengantisipasi kondisi tersebut,’’ kata Waryono.

Waryono menambahkan, wilayah Kecamatan Kandanghaur selama ini kerap terdampak kondisi kekeringan pada musim tanam gadu. Pasalnya, wilayah itu berada paling ujung dari layanan irigasi, baik yang bersumber dari Waduk Jatigede, Waduk Jatiluhur maupun Waduk Cipanas.

Waryono menyebutkan, para petani di wilayahnya sudah mulai melakukan persemaian kering pada 20 – 30 Desember 2019. Setelah persemaian itu, maka tanam baru akan bisa dilaksanakan pada 20 – 30 Januari 2020. Namun, tanam itupun baru akan bisa terealisasi jika pasokan airnya mencukupi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement