Kamis 02 Jan 2020 15:06 WIB

Awan-Awan Disemai Agar Hujan tak Turun di Jabodetabek

BPPT melakukan modifikasi cuaca dengan menyemai awan yang mengarah ke Jabodetabek.

Warga berjalan melintasi banjir di perumahan Taman Narogong Indah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020). Hujan lebat sepanjang malam tahun baru yang mengguyur Bekasi dan kawasan sekitarnya mengakibatkan banjir terjadi di sejumlah titik.
Foto: Antara
Warga berjalan melintasi banjir di perumahan Taman Narogong Indah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020). Hujan lebat sepanjang malam tahun baru yang mengguyur Bekasi dan kawasan sekitarnya mengakibatkan banjir terjadi di sejumlah titik.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Mabruroh, Antara

Hujan ekstrem yang terjadi di Jabodetabek pada awal 2020 memiliki curah hujan yang lebih tinggi dari fenomena hujan ekstrem sebelumnya. Berdasarkan data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan yang terjadi pada Selasa (31/12) hingga Rabu (1/1) lebih tinggi dibandingkan saat Jakarta dilanda banjir besar pada 2007.

Baca Juga

BMKG mengukur intensitas curah hujan di beberapa daerah seperti di kawasan Halim Perdanakusuma (curah hujan 377 mm), kawasan TMII (335 mm), dan Jatiasih Bekasi (259 mm). Data-data yang dimiliki BMKG itu menunjukkan curah hujan yang terjadi kemarin lebih tinggi dibandingkan pada 2007 sebesar 340 mm.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, potensi hujan lebat pada awal 2020 di Jabodetabek diperkirakan masih akan berlangsung hingga tujuh hari ke depan. "Potensi hujan lebat 2-7 Januari 2019 di Jabodetabek,” kata Dwikorita seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (2/1).

Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk tetap waspada terhadap potensi banjir dan longsor serta angin kencang. Lebih lanjut prakiraan cuaca yang terjadi di Jabodetabek rata-rata diawali pada pagi hari berawan, siang hingga malam hujan.

"Meskipun sudah diprediksi, cuaca dapat sewaktu-waktu berubah karena anomali cuaca," ujarnya.

Dwikorita menyebutkan, prediksi aliran udara basah dari Timur Afrika diperkirakan menuju wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan potensi hujan ekstrem pada tanggal 10-15 Januari 2020. Selanjutnya, pergerakan aliran udara basah juga masih akan berlanjut pada Januari akhir hingga pertengahan Februari 2020.

"Aliran udara basah masuk ke Indonesia diperkirakan pada tanggal 10-15 Februari 2020 dan siklus berulang pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2020," ujarnya.

Adapun, sejumlah wilayah di Indonesia yang diprediksi akan terdampak hujan dengan intensitas tinggi hingga ekstrem tersebut meliputi Sumatra bagian tengah, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan hingga tenggara.

"Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu sebagai antisipasi kemungkinan bencana yang dapat berpotensi terjadi," katanya

Atas potensi hujan ekstrem yang masih akan melanda Jabodetabek, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyiapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jabodetabek. Tujuannya, untuk mengurangi curah hujan turun di area tersebut dalam rangka mencegah banjir.

"Kami sudah siapkan 22 ton bahan semai (garam), dan segera ditambah lagi stoknya," kata Kepala BPPT Hammam Riza, di Jakarta, Kamis (2/1).

[video] Warga Kampung Melayu Terdampak Banjir Harapkan Bantuan

Hammam mengatakan, rencananya ada empat penerbangan per hari untuk menyemai awan dalam rangka mempercepat penurunan hujan sehingga hujan tidak sampai turun di wilayah Jabodetabek. Hammam menuturkan, BPPT sudah melakukan analisis pertumbuhan awan penyebab hujan di Jabodetabek.

Awan-awan tersebut berasal dari sebelah barat dan barat laut Jabodetabek yaitu selat Sunda, Lampung, dan sekitarnya. Pada Kamis (2/1), sudah dilakukan persiapan baik pesawat maupun peralatan lainnya serta bahan semai berupa garam.

Untuk pelaksanaan TMC tersebut, BPPT bersama BNPB dan TNI akan mengerahkan dua jenis unit pesawat yakni CN295 dan Casa, dan opsional untuk satu unit Hercules. Hammam menuturkan sebanyak 15 personel BPPT diterjunkan untuk melakukan operasi TMC itu. Kerja sama lintas sektor juga akan turut menyukseskan pelaksanaan TMC tersebut.

"Kita perlu data-data cuaca yang akurat dari BMKG, terkait awan hujan, pergerakan angin, dan lain-lain sehingga ahli TMC bisa simulasi dan antisipasi," ujarnya.

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto mengatakan operasi TMC itu ditargetkan dapat mengurangi 30-50 persen hujan yang diperkirakan akan turun di wilayah Jabodetabek. Mulai 3 Januari 2020, operasi TMC akan dilakukan. Pagi hari dilakukan prediksi dan monitoring pertumbuhan dan pergerakan awan.

"Semua awan yang bergerak ke Jabodetabek dan diperkirakan akan hujan di Jabodetabek akan disemai dengan pesawat menggunakan bahan semai NaCl. Diharapkan, awan akan jatuh sebelum memasuki Jabodetabek," ujarnya.

BPPT merencanakan akan menurunkan hujan ke Selat Sunda atau Lampung. Namun , jika arah angin ke timur akan diturunkan ke waduk-waduk seperti Jatiluhur dan Jatigede.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah berpotensi banjir sementara mencari tempat yang lebih aman. Ini karena, berdasarkan informasi BMKG yang memprediksi masih terjadi hujan intensitas tinggi pada Rabu (1/1) hari ini, sehingga, masih mungkin terjadi banjir lagi.

"Yang penting selamatkan jiwa terlebih dahulu,"  kata Doni, melalui Kepala Pusdatin dan Komunikasi BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/1).

photo
Tips Aman Saat Banjir

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement