Kamis 02 Jan 2020 11:20 WIB

Cuaca Ekstrem Belum Usai

Potensi cuaca ekstrem itu akan terjadi pada periode 1 sampai 4 Januari 2020.

Sejumlah warga mengamati kerusakan yang terjadi akibat banjir bandang di Desa Sajira, Lebak, Banten, Rabu (1/1/2020).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Sejumlah warga mengamati kerusakan yang terjadi akibat banjir bandang di Desa Sajira, Lebak, Banten, Rabu (1/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klima tologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, masih adanya potensi cuaca ekstrem selama sepekan ke depan. Bahkan, indikasi potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia disebut meningkat.

"BMKG memprakirakan dalam sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah," kata Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R Prabowo, Rabu (1/1).

Baca Juga

Potensi cuaca ekstrem itu akan terjadi pada periode 1 sampai 4 Januari 2020 di wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.

Pada 5 sampai 7 Januari 2020, cuaca eks trem berpotensi melanda Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, dan Papua. "Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dam pak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, genangan, angin ken cang, pohon tumbang, dan jalan licin,"kata Mulyono.

Potensi cuaca ekstrem, menurut BMKG, dipicu oleh adanya fenomena atmos fer skala regional hingga lokal, yaitu aktifnya Monsun Asia yang menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia, terbentuknya pola konvergensi, dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah.

Selain itu, suhu permukaan laut di sekitar wilayah perairan yang cukup hangat menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan. Hal ini diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer (Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave) yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia.

photo
Warga mengevakuasi keluarganya mengunakan perahu rakit saat banjir di Desa karangligar, Karawang, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020).

Ke tempat aman

Menanggapi itu, Badan Nasional Penang gulangan Bencana (BNPB) meng imbau masyarakat yang tinggal di daerah berpotensi banjir sementara mencari tempat yang lebih aman.

"Hujan tahun baru kali ini sangat ekstrem dan melanda se bagian besar Jawa bagian barat-utara se hingga menyebabkan banjir besar yang merata di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, bahkan Cikampek dan Cipali. Hujan kali ini bukan hujan biasa," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo, kemarin.

BNPB meminta warga Jabodetabek bersiap menghadapi banjir. Dokumen-dokumen penting dan barang berharga diha rapkan lekas diamankan dari tempat yang sekiranya dapat terendam air banjir.

"BMKG memprediksi hujan lebat masih akan terjadi dari pagi hingga malam hari di wilayah Jabodetabek. Warga diharapkan untuk siaga dan bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan banjir," kata dia.

Ia meminta warga untuk menye la matkan dokumen penting dan menyimpannya di tempat aman. Barang-barang yang dianggap berharga juga dapat dipindahkan ke tempat aman. "Pindahkan barang-barang berharga ke tempat aman. Siapkan baterai cadangan untuk siap-siap jika ada pemadaman listrik," kata dia.

Di samping itu, BNPN dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)men catat, hingga pagi ini ada 43 titik banjir di Jabodetabek akibat hujan sejak Selasa (31/12) petang. Titik-titik banjir itu terdiri atas 23 titik di Bekasi, dua titik di Bogor, 17 titik di Jakarta, dan satu titik di Tangerang. (arif satrio nugroho/fauziah mursid/ronggo astungkoro ed:ilham tirta)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement