REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Sapto Andika Candra, Adinda Pryanka, dan Novita Intan
JAKARTA -- Praktik menggoreng saham di bursa adalah hal yang 'biasa'. Praktik goreng saham memang menggiurkan karena bisa menghasilkan uang banyak bagi pelakunya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sudah menerima informasi tentang adanya praktik goreng-menggoreng saham dalam perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia pun meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI untuk 'bersih-bersih' praktik ini demi menjaga kepercayaan investor.
Apalagi, ujar Presiden. mengutip laporan Bloomberg, Indonesia berhasil duduk di peringkat pertama mengalahkan India, Brasil, dan China sebagai pasar yang sedang berkembang.
"Saya berbicara pasti karena saya mendengar informasi. Saya sudah sampaikan ke Pak Ketua OJK dan Dirut BEI, kita memiliki semangat yang sama untuk bangun kepercayaan investor," ujar Jokowi, Kamis (2/1).
Presiden juga meminta otoritas di bursa secara ketat menindak oknum-oknum yang menjalankan praktik manipulasi ini. Saham gorengan merupakan saham yang harganya dimanipulasi, misalnya dinaikkan dalam waktu singkat. Meski terlihat menarik, namun saham gorengan ini tak aman untuk investasi jangka panjang karena harganya tidak stabil.
"Segera bersihkan bursa dari praktik jual beli saham yang tidak benar. Jangan kalah dengan yang jahat-jahat. Jangan sampai ada lagi dari 100 (harga saham per lembar) digoreng dari 1.000, goreng-goreng jadi 4.000," ujar Jokowi dalam sambutannya.
"Harus bersih, berintegritas, berani. Ini sangat penting karena bursa yang bersih dan berintegritas akan membawa kita ke depan lebih baik dan lebih maju," tambah Presiden.
Presiden mengakui bahwa untuk melakukan pembersihan tersebut, mungkin bursa saham Indonesia akan mengalami sedikit goncangan. "Mungkin awal-awal ada goncangan sedikit-sedikit tapi dalam jangka menengah dan jangka panjang pasti akan lebih baik," ungkap Presiden.
Presiden meminta otoritas bursa menciptakan sistem transaksi yang benar-benar transparan, terpercaya dan valid. "Ini sekali lagi penting untuk meraih kepercayaan investor baik dalam maupun luar negeri. Ini penting sekali. Kita harus membangun sebuah ekosistem yang baik, sebuah atmosfer yang baik," perintah Presiden.
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2020 di Jakarta, Kamis (2/1).
Presiden mencatat pada 2019 ekonomi dan kinerja pasar modal juga menggembirakan. "Aktivitas pencatatan saham mencapi 55 pencatatan perusahaan baru. Ini prestasi penting karena yang merupakan tertinggi di ASEAN dan tertinggi ke-7 di dunia. Penggalangan dana jangka panjang melalui BEI juga mencapai Rp 877 triliun, ini juga jumlah tertinggi yang pernah dicapai," tambah Presiden.
Artinya jumlah investor juga meningkat dan Indonesia juga meraih banyak penghargaan dari dunia internasional. "Kepercayaan yang begitu besar dari berbagai pihak harus kita jaga," ungkap Presiden.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan implementasi Good Corporate Governance (GCG) dan good market conduct sebagai fondasi pengembangan pasar modal Indonesia. Dua poin ini penting diterapkan agar berbagai instrumen investasi yang dihadirkan memiliki rekam jejak baik dan valuasi tinggi, sehingga menarik bagi para investor domestik ataupun internasional.
Sri menyebutkan, pasar modal merupakan suatu lembaga dan tempat yang dapat dipercayakan masyarakat investor untuk meletakkan dana mereka. Di pasar modal juga, masyarakat bisa mendapatkan harapan sesuai dengan instrumen investasi yang dipilih.
"Oleh karena itu, instrumen ini harus punya track record yang baik dan berintegritas sehingga investor dapat membuat keputusan yang jelas mengenai tingkat risiko ataupun return," ujarnya usai pembukaan perdagangan di BEI mendampingi Presiden Joko Widodo.
Untuk mencapai target tersebut, Sri menekankan, pasar modal tidak hanya dapat mengandalkan BEI sebagai pelaksana. Regulator bersama dengan pembuat kebijakan juga harus bekerja sama untuk terus meningkatkan integritas pasar modal.
Sri berkomitmen, pemerintah melalui Kemenkeu pun terus bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). "Kami ingin bangun integritas dan stabilitas sektor keuangan bagi para investor dari sisi dalam negeri," tuturnya.
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2020 di Jakarta, Kamis (2/1).
Dari luar negeri, Sri menambahkan, pasar modal Indonesia sudah memiliki citra positif. Berdasarkan survei Bloomberg, kepercayaan investor terhadap instrumen investasi di Indonesia terbilang tinggi. Ini menjadi modal keyakinan bahwa pasar modal Indonesia sudah menuju arah yang baik dan benar.
Sri mengatakan, reputasi tersebut harus dijaga dan dipertahankan. Sebab, ke depannya, Indonesia pasti membutuhkan capital inflow (aliran modal masuk) untuk mendukung program pembangunan. Baik itu dari dalam negeri ataupun luar negeri. "Capital-capital ini hanya mampu menggerakkan pembangunan apabila kita menjaga kepercayaan (investor)," ucapnya.
Praktik menggoreng saham sama saja dengan praktik perdagangan semu. Hal itu tentu dilarang dan diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal, namun aksi goreng saham kenyataannya sulit untuk dibuktikan.
Menurut Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (Missi), maraknya fenomena goreng-menggoreng saham di pasar modal Indonesia semakin meresahkan para investor. Tentu fenomena tersebut merugikan para investor sekaligus menjadi faktor penghambat masuknya investor baru di pasar modal.
Ketua Missi, Sanusi, mengatakan permasalahan tersebut menjadi salah satu tantangan bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai regulator. “Sebaiknya kedua regulator tersebut dapat lebih memperketat standar penentuan Unusual Market Activity (UMA). Para regulator juga harus berani mengambil tindakan tegas untuk para pihak yang terdapat menggoreng saham," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Salah satu praktik menggoreng saham yang diduga terjadi menyebabkan gagal bayarnya PT Asuransi Jiwasraya (persero). Salah satunya adalah investasi Jiwasraya yang disalurkan untuk membeli saham-saham gorengan.
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah banyak melakukan investasi pada aset-aset dengan risiko tinggi untuk mengejar keuntungan tinggi. Di antaranya penempatan saham sebanyak 22,4 persen senilai Rp 5,7 triliun dari aset finansial.
Sejumlah 5 persen dana ditempatkan pada saham perusahaan dengan kinerja baik, sisanya 95 persen dana ditempatkan di saham yang berkinerja buruk. Selain itu, penempatan reksa dana sebanyak 59,1 persen senilai Rp 14,9 triliun.
Sebanyak 2 persen dikelola oleh manajer investasi dengan kinerja baik. Sementara 98 persen dikelola oleh manajer investasi dengan kinerja buruk. Akibatnya, PT Asuransi Jiwasraya hingga Agustus 2019 menanggung potensi kerugian negara sebesar Rp 13,7 triliun.