Selasa 31 Dec 2019 17:03 WIB

Parkir Alternatif Kurangi Kepadatan Bus Wisata Masuk DIY

Dari tempat parkir alternatif disediakan shuttle bus,

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agung Sasongko
Akses Malioboro Macet. Kendaraan terjebak macet menuju Kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (26/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Akses Malioboro Macet. Kendaraan terjebak macet menuju Kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Keberadaan parkir alternatif yang disediakan di timur GOR Amongrogo dinilai efektif. Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengungkap, kehadiran parkir alternatif  dapat mengurangi penumpukan bus wisata yang masuk ke dalam kota, terlebih di libur Natal dan Tahun Baru.

"Tempat penampungan bus sementara yang ada di sebelah timur Amongrogo berjalan efektif. Bukan berarti bus itu tidak boleh masuk kota, itu keliru. Kalau kota tidak bisa lagi dimasuki bus, maka alternatifnya di sana," kata Haryadi, Senin (30/12).

Dari tempat parkir alternatif tersebut, disediakan shuttle bus menuju destinasi wisata dalam kota seperti Malioboro. Bus yang disediakan yakni Trans Jogja yang dikerahkan sebanyak 15 bus

Selain di Amongrogo, parkir alternatif ini juga disediakan di kawasan Gembira Loka Zoo. "Dari sana (parkir alternatif) membayar Rp 3.500, diangkut dengan shuttle bus dari Amongrogo sampai ke Malioboro," ujarnya.

Haryadi menjelaskan, selama ini memang ada kantong parkir yang disediakan di Senopati, Abu Bakar Ali (ABA) dan Ngabean. Namun, kantong parkir tersebut belum mencukupi, terlebih di hari libur.

"Kantong parkir yang ada di parkir BI (Senopati), ABA, Ngabean itu 105 bus ternyata kutang. Kemarin menumpuk di sana saja 50-an bus," jelasnya.

Karena dianggap efektif, pihaknya pun akan terus mengkaji dan mengevaluasi dari penerapan parkir alternatif ini. Sehingga, dapat menjadi bahan kebijakan untuk diterapkan lebih lanjut ke depannya.

"Bagus dan ini menjadi hal yang terus kita kaji ke depan. Khususnya libur, long weekend, mungkin alternatif penempatan bus di Amongrogo ini bisa dijadikan alternatif," kata Haryadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement