Selasa 31 Dec 2019 09:43 WIB

Waspadai Cuaca Ekstrem!

BMKG menginformasikan bahwa ada potensi gelombang tinggi.

Warga menerobos banjir di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Selasa (5/12). Tidak hanya di Aceh, bencana banjir juga melanda beberapa wilayah di Sumatra Utara akibat cuaca ekstrem.
Foto: ANTARA FOTO/Rahmad
Warga menerobos banjir di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Selasa (5/12). Tidak hanya di Aceh, bencana banjir juga melanda beberapa wilayah di Sumatra Utara akibat cuaca ekstrem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem saat mengunjungi tempat wisata, terutama masyarakat yang ingin merayakan malam tahun baru di pantai. BMKG menginformasikan bahwa ada potensi gelombang tinggi.

"Kami tidak melarang tahun baru di pantai, tidak. Tapi, kami memberikan informasi bahwa ada potensi gelombang tinggi dan cuaca ekstrem, terutama di beberapa wilayah," tutur Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Senin (30/12).

Baca Juga

Ia menambahkan, kalau masyarakat ingin melakukan aktivitas di pantai, mereka diminta memperhatikan informasi yang disampaikan BMKG melalui situs resmi atau akun media sosial resminya. Masyarakat juga harus memperhatikan waktu kedatangan agar tetap aman.

"Sebaiknya pagi sampai siang, insya Allah cuaca masih berawan, masih cerah berawan, dan biasanya mulai ekstrem itu sudah menjelang sore. Juga untuk gelombang tinggi agar selalu monitor informasi BMKG," kata dia. Kemudian, masyarakat pun harus memperhatikan jarak aman apabila melakukan kegiatan di pantai, jangan terlalu dekat di bibir pantai.

Dwikorita mengatakan, masyarakat harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan musim hujan yang berlangsung saat ini. "Apabila ada kegiatan di pantai agar lokasinya jangan mepet di bibir pantai. Harus ada radiusnya, katakan jarak 200 meter dari pantai. Jadi, ini bukan melarang, tapi beradaptasi dengan kondisi musim saat ini," ujarnya.

Ia menegaskan, berdasarkan prediksi BMKG, curah hujan masih tinggi hingga Maret 2020 mendatang. Namun, masyarakat masih bisa berlibur dan menikmati keindahan alam dengan terlebih dahulu membaca prakiraan cuaca agar bisa mengatur waktu kunjungan. "Setelah jam satu siang. Puting beliung kan siang sampai sore hari. Ini artinya, kita belajar atur waktu agar tetap bisa beraktivitas secara aman," tutur Dwikorita.

photo
Gelombang tinggi menghantam masjid apung yang roboh akibat tsunami di pantai Taman Ria Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/4/2019). (ilustrasi)

BMKG tak menampik potensi beredar hoaks atau informasi bohong terkait bencana tsunami atau gempa bumi menjelang waktu tertentu, termasuk akhir tahun. Bahkan, Dwikorita memprediksi hoaks soal tsunami sangat mungkin muncul menjelang pergantian tahun 2019. Ia meminta masyarakat selektif dan lebih mengandalkan laman resmi pemerintah sebagai acuan menerima informasi kebencanaan.

"Hoaks yang saat ini sudah beredar itu soal kejadian tsunami dan gempa bumi yang akan terjadi di akhir tahun. Jadi, yang kami mohon adalah setiap menerima berita apa pun, soal gempa dan tsunami, cek saja di BMKG," ujarnya. Dwikorita juga tidak menampik hoaks soal bencana sering kali mengatasnamakan BMKG. Dwikorita menegaskan, apabila BMKG tidak mengeluarkan informasi secara resmi terkait bencana di situs ataupun media sosial, isu yang beredar adalah hoaks.

"Kalau enggak ada di info BMKG artinya itu bohong," katanya menegaskan. Ia juga menjelaskan, sampai hari ini belum ada alat yang bisa mendeteksi gempa bumi dan tsunami dari jauh-jauh hari.

BMKG saat ini memang sedang mengembangkan sistem deteksi dini gempa yang akan merekam gelombang primer dalam waktu 60 detik hingga 30 detik sebelum gelombang sekunder yang menyebabkan guncangan atau gempa bumi terjadi. "Sebab, kita enggak tahu kapan akan benar-benar terjadi gempa dan tsunami," ujarnya. N mimi kartika, ed: agus raharjo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement