Selasa 31 Dec 2019 01:01 WIB

Analisis Serangan Harimau Butuh Data Spasial

Ada sejumlah kemungkinan penyebab harimau menyerang manusia.

Analisa Serangan Harimau Butuh Data Spasial.
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Analisa Serangan Harimau Butuh Data Spasial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar harimau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gono Semiadi mengatakan analisa permasalahan serangan harimau membutuhkan data spasial karena terdapat beberapa kemungkinan mengapa binatang terancam punah itu keluar dari wilayahnya dan menyerang manusia.

"Kalau sudah dapat gambaran wujud harimaunya, mungkin pendekatannya lebih akurat karena harimau kalau keluar dari wilayah bisa jadi karena teritorial. Bisa karena ada terbentuk kelompok baru," ujar Profesor Gono ketika dihubungi di Jakarta, Senin (30/12).

Baca Juga

Selain itu, kemungkinan juga terkait dengan ketersediaan mangsa. Tapi, dibutuhkan data yang kuat dari wilayah kasus untuk memastikan apakah ada perburuan di wilayah tersebut yang mempengaruhi pasokan makanan harimau. Hal itu akan berpengaruh dengan analisis perilaku harimau tersebut.

Sebelumnya, seorang warga Desa Padang Bindu di Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan meninggal diduga akibat serangan harimau. Lokasi penyerangan berada sekitar 100 meter dari pemukiman dan berada di luar hutan lindung.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKDSA) bersama lembaga swadaya masyarakat serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah mengirimkan tim untuk memasang kamera trap untuk memantau pergerakan di sekitar daerah tersebut. Data dari kamera trap tersebut adalah salah satu bentuk data spasial yang bisa digunakan untuk menganalisa gambaran utuh harimau yang berada di daerah tersebut.

"Pada teorinya harimau akan menghindari manusia dan aktivitasnya," kata Gono.

Dia mengingatkan untuk tidak melakukan penyederhanaan alasan kemunculan harimau di sekitar jalur aktivitas manusia. Yang bisa dilakukan saat ini adalah memberikan imbauan kepada masyarakat untuk menghindari kejadian yang sama berulang lagi. Segala pemangku kepentingan bisa membantu pemerintah daerah setempat untuk memberikan gambaran strategi untuk menghindari kejadian yang sama berulang.

Salah satu strategi tersebut adalah dengan pergi keluar rumah harus berkelompok, menghindari tempat yang dekat dengan hutan rimbun, dan tidak melakukan aktivitas setelah senja karena predator akan mulai aktif saat itu. "Memang ini akan sedikit mengubah keseharian, contohnya setelah posisi matahari mulai turun mungkin tidak boleh ada aktivitas di luar," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement