Ahad 29 Dec 2019 11:38 WIB

Ambisi Don Carlo

Keputusan Carlo Ancelotti melatih Everton sangat mengejutkan.

Agung Sasongko
Foto: dok. Republika
Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Agung Sasongko*

Saga kemana Carlo Ancelotti akan berlabuh terjawab sudah. Tak ada yang menyangka pelatih legendaris asal Italia itu memilih Everton. Sebelumnya, Merseyside Biru dihubung-hubungkan dengan Rafael Benitez, Mikel Arteta, dan Ancelotti. Nama pertama disebut, karena dianggap realistis dengan kebutuhan Everton.

Namun, Rafa punya sejarah buruk di mata fans. Saat itu, Rafa melontarkan pernyataan yang menyakitkan hati fan The Toffes. Rafa yang kala itu menangani Liverpool menyebut seterunya itu tim kecil. Gugur sudah kemungkinan Rafa menangani Everton. Apalagi, Rafa kini menangani sebuah klub di Liga Cina yang dianggapnya memiliki prospek cerah.

Bagaimana dengan Arteta, sebelum hijrah ke Arsenal. Arteta merupakan andalan Everton di masa David Moyes.  Artinya Arteta figure yang sangat mungkin merapat. Keterikatan historis menjadi penguatnya. Namun, Arteta yang mendamping Pep Guardiola membawa City juarai Liga Primer lebih memilih Arsenal.

Klub asal London Utara merupakan klub terakhirnya sebelum pensiun. Arteta pun digadang mampu membawa Arsenal kembali ke jalurnya usai terseok-seok selama ditangani Unai Emery. Fan The Gunners pun menaruh harapan besar padanya.

Lalu mengapa muncul nama Don Carlo?

Pelatih yang sempat menangani Chelsea ini tanpa klub usai dipecat Napoli. Kinerja buruk di Serie meski moncer di Liga Champions tak mampu meluluhkan hati manajemen yang kadung gelisah dengan situasi Napoli. Di Serie A, Napoli gagal bersaing di papan atas, jauh dari capaian musim lalu. Berbanding terbalik dengan situasi Napoli di Liga Champions yang berjalan tak mulus-mulus amat namun mampu lolos ke fase gugur.

Sebenarnya tidak ada alasan kuat melepas pelatih top sekaliber Ancelotti. Semua gelar paling bergengsi di level klub sudah berhasil dimenangkan Carletto, julukan Ancelotti. Mulai dari kompetisi domestik di Seri A dan Coppa Italia, Liga Champions serta mengantar Milan menjadi klub terbaik di dunia dengan menjuarai FIFA Club World Cup.

Hebatnya, manajemen Everton mampu membuat Don Carlo tertarik.  Banyak pundit menilai kehadiran Ancelotti di Everton seperti mimpi. Pelatih kelas dunia harus menangani klub kecil seperti yang dikatakan Rafa. Bermodalkan skuat tak segemuk seterunya Liverpool, Ancelotti sepertinya tertantang.

Baru Howard Kendall, asal Inggris yang mampu membawa Everton menjuarai Divisi Satu 1984/1985 dan 1986/1987, Piala FA 1983/1984, Piala Winners 1984/1985, dan tiga kali Charity Shields. Dan baru Don Carlo pula pelatih Italia pertama yang menangani Everton. Sebelumnya Everton lebih memilih pelatih asal dari Irlandia, Inggris, dan Skotlandia.

Bicara tantangan, tentu Everton cocok untuknya.  Apalagi kalau mampu membawa Everton masuk Liga Champions."(Membawa Everton tampil di) Liga Champions adalah target jangka panjang saya," ujar Ancelotti, seperti dikutip BBC.

"Dalam sepakbola, tak ada yang mustahil," katanya menambahkan.

Ancelotti mengakui memilih menangani Everton dikarenakan klub yang bermarkas di Goodison Park ini memiliki misi ambisius. Diketahui Everton tengah membangun sebuah stadion baru. 

"Kemarin, saya mengunjungi markas latihan tim.Suasananya fantastis. Fakta bahwa klub ini ingin membangun stadion baru telah menjelaskan bahwa mereka punya ide yang jelas bagaimana meraih sukses,"sambung pelatih berusia 60 tahun itu.

Yang menarik, setelah ditunjuk secara resmi, Ancelotti langsung berbicara soal Liverpool.  Memang, Ancelotti punya rekor bagus ketika berhadapan dengan Liverpool. Ia pun tak sabar untuk berhadapan dengan pasukan Jurgen Klopp. Psywar dimulai.

"Suporter Everton tahu rekor saya melawan Liverpool, mereka akan senang dengan hal tersebut. Napoli mengalahkan Liverpool musim ini, rivalitas besar terjadi di sini dan merupakan sebuah motivasi besar bagi kami," ujar Ancelotti

Ancelotti memiliki rekor yang cukup bagus saat melawan Liverpool. Dari 12 pertemuan, ia menang tujuh kali, imbang sekali dan kalah empat kali. Salah satu kemenangan itu didapatnya kala ia masih membesut Napoli, di mana timnya mengalahkan The Reds 2-0 pada September lalu. Sebaliknya, Everton tak punya rekor bagus melawan Liverpool. The Toffees tak pernah menang dari Liverpool di semua kompetisi sejak 2010 silam. 

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement