REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus mengkampanyekan penggunaan helm yang diikat 'klik' dengan sempurna saat berkendara roda dua. Selama ini, resiko kecelakaan pada pengendara motor yang tidak memakai helm atau tidak memakai helm standar dan tidak diikat sangat tinggi.
"Kalau tidak klik (diikat), meski dia pakai helm standar kalau lepas tidak bisa melindungi kepala. Kita konsisten kampanye pakai helm sampai klik," ujar Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana saat meluncurkan program klik di Balaikota Bandung, Jumat (27/12).
Pada 2018 menurutnya dari total 488 kasus kecelakaan sepeda motor, sekitar 153 kasus atau 40 persennya dikarenakan masalah helm. Oleh karena itu, pihaknya menegaskan agar pengendara memakai helm berstandar dan klik.
Ia mengklaim kampanye yang dilakukan berhasil menurunkan angka kecelakaan. Namun saat ditanya data terkait hal tersebut, Yana mengaku belum bisa memberikannya. "Mudah-mudahan dengan kesadaran klik (memakai helm) resiko berkurang," katanya.
Menurutnya, pihaknya pun berupaya menambah infrastruktur distopan jalan seperti CCTV untuk memantau pengendara motor yang nekat menerobos lampu merah. Selain itu, penegakan hukum diharapkan terus dilakukan.
Ia mengatakan, pihaknya terus mengkampanyekan penggunaan helm dengan baik dan benar. Dengan tujuan menekan angka kecelakaan fatal akibat kelalaian berkendara.
"Umur 11-12 tahun pengguna motor juga diingatkan meski sebenarnya nggak boleh tapi minimal sebagai penumpang harus klik," katanya.
Usai meluncurkan program klik, Yana mempraktikkan penggunaan helm yang diikat dengan sempurna dan menungganbi motor besar berkeliling area Balai Kota.