Rabu 25 Dec 2019 20:23 WIB

Kecelakaan Bus Sriwijaya, Ini Rekomendasi KNKT

Bus Sriwijaya berisi 54 penumpang masuk ke dalam jurang di Pagaralam, Senin malam.

Rep: Rahayu Subekti, Antara/ Red: Andri Saubani
Petugas gabungan dari SAR Pagaralam, TNI, Polri, BPBD dan Tagana melakukan evakuasi korban kecelakaan Bus Sriwijaya dengan rute Bengkulu - Palembang yang masuk jurang di Liku Lematang, Prahu Dipo, Dempo Selatan, Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019).
Foto: Antara/Dok Basarnas Palembang
Petugas gabungan dari SAR Pagaralam, TNI, Polri, BPBD dan Tagana melakukan evakuasi korban kecelakaan Bus Sriwijaya dengan rute Bengkulu - Palembang yang masuk jurang di Liku Lematang, Prahu Dipo, Dempo Selatan, Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bus Sriwijaya mengalami kecelakaan tunggal dan masuk ke dalam jurang jurang Liku Lematang, Pagaralam, Sumatra Selatan (Sumsel) pada Senin (23/12) sekitar pukul 23.00 WIB. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan kondisi jalan di lokasi kecelakaan, cukup rawan.

Setelah menyelesaikan pemeriksaan, Investigator Sub Komite Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT Achmad Wildan mengatakan sudah menyiapkan rekomendasi untuk Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berdasarkan kondisi jalan tersebut.

Baca Juga

“Jalan tersebut memiliki banyak hazard, sehingga rekomendasi KNKT kepada Kemenhub agar melakukan survei inspeksi keselamatan jalan,” kata Wildan kepada Republika, Rabu (15/12).

Wildan mengatakan, inspeksi tersebut harus dilakukan untuk mengidentifikasi hazard serta membuat program mitigasinya. Sebab, dari pemeriksaan geometrik jalan, ditemukan hasil kondisi jalan ekstrem dengan turunan dan tikungan tajam.

Menurutnya, kondisi jalan dengan topografi naik turun dan berkelok tersebut berpotensi menyebabkan brake fading. “Khususnya pada mobil besar seperti bus dan truk terutama pengemudi yang tidak menggunakan gigi rendah saat melalui turunan,” jelas Wildan.

Sebelumnya, KNKT mengungkapkan pengemudi saat melalui turunan panjang dan berkelok menggunakan gigi persneling tinggi. Hal tersebut menurut Wildan menyebabkan exhaust brake dan engine brake tidak bekerja optimal. Kondisi tersebut memaksa service brake bekerja maksimal.

Service brake yang bekerja maksimal memicu terjadinya overheat pada kampas,” tutur Wildan.

Menurutnya, saat kampas mengalami overheat membuat permukaan geseknya menjadi nol. Sehingga, kata Wildan, hal tersebut menurunkan efektivitas pengereman yang dapat dikatakan sebagai fenomena brake fading.

“Pada saat brake fading system, rem bekerja namun tidak mampu mencegah roda berhenti berputar atau yang orang awam bilang rem blong,” ujar Wildan.

Bus Sriwijaya Mitsubishi Fuso BD-7031-AU rute Bengkulu-Palembang terjun ke jurang di Liku Lematang, Jalan Lintas Pagaralam-Lahat KM 9, Desa Plang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam, Senin (23/9) pukul 23.15 WIB. Bus tak mampu menanjak sehingga mundur dengan kecepatan tinggi lalu menabrak beton pembantas, kemudian terjun dari ketinggian 80 meter.

Tim SAR gabungan sejauh ini berpegang dengan data Polda Sumsel yang menyatakan terdapat 54 penumpang dalam Bus Sriwijaya saat terjadinya kecelakaan. Sebanyak 27 penumpang naik dari loket resmi di Bengkulu dan sisanya naik dari 'pinggir jalan'.

Sementara itu, data tim SAR terbaru hingga Rabu pukul 16.00 WIB, korban meninggal dunia tercatat 34 orang, terdiri atas 16 laki-laki dan 12 perempuan, serta korban selamat sebanyak 13 orang. Jika mengacu data Polda Sumsel (54 orang) dengan data terbaru yang telah dievakuasi (47 orang), masih ada tujuh korban lagi yang perlu dicari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement