REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengungkapkan alasan membabat para pedagang kaki lima (PKL) di pusat kota. Salah satunya di Kawasan Dewi Sartika. Pemkot menyatakan, keinginan tersebut demi memberi kenyamanan bagi masyarakat Kota Bogor.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, awalnya banyak yang mengkritik kebijakannya untuk menertibkan PKL. Bahkan, Bima menyatakan, pernah disebut gila lantaran penggusuran PKL demi melebarkan pedestrian.
"Katanya Wali Kota Bogor udah gila. Bukannya jalan yang dilebarin, malah pedestrian yang dilebarin," kata Bima dikonfirmasi, Rabu (25/12).
Banyak yang menilai, kata Bima, semakin lebarnya pedestrian bukan hanya memberi kenyamanan bagi pejalan kaki. Namun, sebaliknya, akan semakin banyak PKL yang akan berjalan.
Adapun pelebaran Pedestrian yang saat ini dilakukan Pemkot yakni berada di enam titik. Pedestrian di Jalan Djuanda, Ahmad Yani, Jalak Harupat, Pemuda, Sudirman dan Suryakencana.
"Tapi itu tidak terjadi, nggak ada satu pun pedagang kaki lima yang berani disini," jelas Bima.
Bima mengatakan, banyak yang membantu memantau pedestrian di pusat kota. Sehingga, pedagang kaki lima tidak lagi berjualan di pedestrian.
"Karena semua mengamati, bukan hanya menggunakan CCTV tetapi semua warga mengamati," ungkapnya.
Dengan semakin sterilnya PKL di pedestrian pusat kota, maka semakin banyak pula pejalan kaki yang menggunakan pedestrian. Karena itu, wisatawan akan semakin nyaman berlibur di Kota Bogor.
"Ini juga untuk kesejahteraan. Karena setelah pedestrian diresmikan, hotel di seputar kebun raya, okupansinya naik, jadi PAD kita naik," jelasnya.