REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA (23/12) - Dalam rangka memperingati pengabdian satu abad RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Tim Pengelola Pengembangan Pelayanan Kanker Terpadu (PKaT) bekerjasama dengan Artha Graha Peduli (AGP) berpartisipasi mempersembahkan kegiatan Choose Hope: Tribute to Cancer Survivors. Kegiatan ini sebagai salah satu rangkaian acara HUT RSCM 100 tahun.
Acara yang telah berlangsung pada Sabtu (21/12) dan Ahad (22/12) di Istora Senayan, Jakarta ini bertujuan untuk mengapresiasi semangat para penyintas kanker. Selain itu, ini juga untuk memberikan dukungan bagi mereka dan keluarganya dalam menjalani terapi, follow up, maupun menyediakan komunitas positif yang membantu satu sama lain.
"Mengapa kita harus memberikan perhatian lebih kepada kanker? Karena Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbesar di dunia. Lebih dari 18 juta orang terdiagnosa kanker dan 9,6 juta orang di dunia meninggal akibat kanker setiap tahunnya. Dengan kata lain, setiap dua detik ada satu orang baru yang terdiagnosis kanker, dan setiap tiga detik ada satu orang meninggal di dunia," ujar dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS, dalam kegiatan tersebut.
Menurut Lies, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi satu orang terdiagnosa setiap detik dan satu orang meninggal setiap dua detik pada tahun 2040. Sekitar 70% kematian akibat kanker terjadi pada negara berkembang.
Data WHO (Globocan 2018) menyebutkan, di Indonesia terdapat sekitar 348.809 kasus kanker baru, dan angka kematian akibat kanker mencapai 207.210. Hal ini disebabkan karena sebagian besar (sekitar 65%) pasien datang saat stadium sudah lanjut sehingga penanganannya lebih bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup atau paliatif dibandingkan dengan tujuan mengontrol tumor dan mencegah penyebaran/kuratif.
Kegiatan Choose Hope: Tribute to Cancer Survivors” sebagai bagian dari rangkaian acara peringatan HUT RSCM 100 Tahun.
Padahal, lebih dari 40% kasus kanker dapat dicegah dan sepertiganya dapat disembuhkan bila terdeteksi dini. Ditinjau dari sisi ekonomi, data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menunjukkan, pengeluaran pembiayaan untuk penatalaksanaan kanker adalah kedua tertinggi setelah penyakit jantung. Jumlahnya mencapai Rp 2,7 Triliun.
Jumlah ini belum dihitung dengan yang dikeluarkan dari pembiayaan pengobatan pribadi dan potential loss akibat pasien berobat di luar negeri yang diestimasi mencapai Ro 14,4 Triliun. Untuk itu, diperlukan kewaspadaan dan kepedulian dari setiap individu untuk mulai bertindak dan berpartisipasi melawan kanker.
"Pada tahun 2018, sebuah laporan dari Inggris menemukan bahwa kanker adalah penyakit yang paling ditakuti di dunia dan satu dari empat orang tidak akan mencari pertolongan medis sampai menemukan gejala kanker yang potensial karena takut akan didiagnosis kanker," ujar dia.
Perasaan malu dan takut, kata Lies, dikombinasikan dengan kesadaran kesehatan yang buruk serta kepercayaan kultural, juga dapat menghambat seseorang dalam mencari pertolongan medis atau program skrining. Sebagai contoh di Bangladesh, survei terhadap pasien kanker payudara melaporkan, hampir setengah dari responden pertama kali mencari pengobatan alternatif sebelum mencari pengobatan medis konvensional, yang mengakibatkan penundaan diagnosis rata-rata selama empat bulan.
Menurut dia, deteksi dini, skrining dan diagnosis kanker ini memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan kanker. Kanker yang terdeteksi dini, jika ditambah dengan pengobatan yang tepat, memiliki peluang hidup lebih yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanker yang diketahui pada stadium lanjut.
Dia mencontohkan, terdapat studi yang menunjukkan, ketika diketahui pada stadium dini, 93% pasien kanker serviks dapat bertahan hidup selama lima tahun. Tetapi ketika diketahui pada stadium lanjut, hanya 15% pasien yang bertahan hidup.
Tidak hanya meningkatkan angka harapan hidup, diagnosis atau mengetahui penyakit kanker secara dini juga mengurangi biaya perawatan hingga 2-4 kali lebih murah dibandingkan dengan pasien yang didiagnosis pada stadium lanjut.
"Melihat besarnya beban kanker di masyarakat, kami pun memutuskan untuk mengusung tema “Choose Hope: Tribute to Cancer Survivors,” sebagai bagian dari rangkaian acara peringatan HUT RSCM 100 Tahun," ujarnya.