Ahad 22 Dec 2019 18:40 WIB

Kemenhub: Tol Layang Japek II Siap Dibenahi Usai Nataru

Pengendara menilai tol layang Japek II kurang nyaman akibat bergelombang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengendara menilai tol layang Japek II kurang nyaman akibat bergelombang. Foto: Tol Layang Jakarta Cikampek.
Foto: Republika/Fakhtar Khairon Lubis
Pengendara menilai tol layang Japek II kurang nyaman akibat bergelombang. Foto: Tol Layang Jakarta Cikampek.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memohon maaf kepada para pengguna jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II jika masih belum merasa nyaman saat menggunakannya. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi menuturkan, jalan tol tersebut siap dibenahi pasca libur Nataru agar tidak menimbulkan hambatan perjalanan.

Budi mengatakan, saat dilakukan uji kelayakan Tol Layang Japek II, telah dijamin bahwa pemerintah memberikan justifikasi bahwa jalan tol tersebut cukup baik dan aman untuk operasional kendaraan. Masalah geometrik, marka jalan, hingga lampu rambu lalu lintas telah memenuhi syarat.

Baca Juga

Namun, Kemenhub juga tidak memungkiri jika masih banyak pengendara yang menilai kurang nyaman akibat bergelombang. Budi menuturkan, berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR hal itu diakibatkan ekspantion joint sambungan pada jalan yang dipakai untuk meredam getaran yang belum sempurna.

"Ini akan segera diperbaiki tapi kan ini keburu akan Natal dan Tahun Baru. Jadi nanti setelahnya," kata Budi kepada Republika.co.id, Ahad (22/12).

Budi mengatakan Jasa Marga telah memasang papan penjelasan batas kecepatan minimal 60 kilometer per jam dan maksimal 80 kilometer per jam. Jika pengendara mematuhi kecepatan tersebut, Budi memastikan jalan tersebut masih nyaman untuk digunakan meski ada gelombang di jalan.

Soal kemacetan yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam, Budi menuturkan hal itu diakibatkan oleh adanya pertemuan antara Tol Layang dan Tol Bawah di pintu keluar. Tol Layang terdiri dari dua lajur sementara Tol Bawah memiliki empat lajur. Ketika di pintu keluar pada jalan turunan, otomatis terjadi bottleneck yang membuat arus sedikit tersendar.

Persoalan lainnya, kata Budi akibat banyak pengendara yang belum mempersiapkan bahan bakar atau kesiapan fisik saat memasuki tol layang. Seperti diketahui, tol layang sepanjang 36,4 kilometer tidak memiliki rest area. Pengendara dapat menemukan rest area pada Km 50 atau berjarak hanya 2 Km dari turunan tol layang di Km 48.

Akibat jarak yang dekat itu, ditambah banyak pengendara yang belum menyiapkan matang perjalanan, alhasil banyak yang terpaksa harus masuk ke rest area sehingga adanya penumpukan kendaraan hingga ke bahu jalan. "Di situ terjadi lagi antrean dan bottel neck sehingga ada perlambatan," kata dia.

Untuk mengantisipasinya, Budi memaparkan bahwa Kepolisian bersama Jasa Marga telah menerapkan sistem arah berlawanan atau contraflow untuk mengurangi hambatan arus lalu lintas dari Km 47 ke Km 61.

Budi memastikan, pemerintah bersama Badan Pengelola Jalan Tol dan Kepolisian akan terus memantau arus lalu lintas di tol tersebut. Pihaknya juga tengah menyiapkan langkah pembenahan berkaitan dengan area turunan Tol Layang agar tak terjadi penumpukan kendaraan seperti sekarang.

"Tapi nanti akan dikerjakan setelah Natal dan Tahun Baru. Saya mohon maaf kalau memang ada hambatan," ujar dia.

Di sisi lain, Budi meminta para pihak untuk tidak berlebihan dalam memberikan pendapat terkait Tol Layang Japek II tanpa melihat situasi riil di lapangan. Ia menegaskan, semua pihak terkait terus melakukan upaya untuk kepentingan masyarakat. Dibangunnya Tol Layang Japek II juga untuk mempercepat mobilitas masyarakat yang akan menempuh perjalanan jarak jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement