REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar mengawasi barang bawaan wisatawan domestik dan mancanegara untuk mencegah makanan berbahan babi dari luar daerah atau luar negeri masuk ke Bali dalam upaya mencegah penyebaran penyakit demam babi afrika pada ternak babi.
"Memang sesuai peraturan perkarantinaan, itu punya kewenangan mengawasi sampah, bangkai hewan dan produk-produk yang ada kandungan hewannya dari pesawat dan kapal. Tentu nantinya ada penanggung jawab yang bertugas untuk melakukan pemusnahan dari makanan yang ada babinya itu," kata Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Putu Tarunanegara saat dihubungi melalui telepon dari Denpasar, Ahad (22/12).
"Kita yakinkan benar dari penumpang yang traveling ke Bali untuk tidak membawa makanan seperti burger berbahan babi ke Bali ataupun makanan kecil lainnya yang lainnya. Kalau sampai lolos dan sampai itu makanan dibawa ke hotel, vila, terus tidak habis dan dibuang ke tempat sampah dan diambil peternak babi, inilah risikonya," kata dia.
Balai Karantina, menurut dia, bekerja sama dengan Bea Cukai dalam mengawasi barang-barang yang masuk ke Bali melalui bandara dan pelabuhan. Ia menambahkan, risiko masuknya makanan berbahan babi melalui kapal pesiar cukup tinggi dan menurut hasil pemeriksaan di lapangan sampah produk olahan babi dari sarana transportasi termasuk kapal pesiar masuk ke tempat pembuangan akhir sampah.
"Ini juga kita awasi dan kita juga akan melakukan koordinasi dengan KSOP dan agen. Tentu akan dipastikan, ya bayangkan, itu sampah turun dari kapal laut pun kita kawal sampai di TPA dan kita pastikan dibakar dan tidak sampai ke peternak babi," kata Putu.
Dia mengatakan sosialisasi mengenai penularan penyakit demam babi afrika dan upaya pencegahannyajuga terus dilakukan ke para pemangku kepentingan terkait. Selanjutnya, dia berharap pemanfaatan insinerator di bandara bisa maksimal sehingga sampah yang mendatangkan risiko bahaya bisa ditangani tuntas di lingkungan bandara.
"Sehingga tidak perlu sampai keluar bandara, jadi hanya dibakar dan dimusnahkan di dalam bandara sehingga memimalisasi risiko," katanya.