Sabtu 21 Dec 2019 18:31 WIB

Pemkot Surabaya Deklarasikan Gerakan Mendongeng

Pemkot menilai dongeng bisa medekatkan anak dengan orang tuanya

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendeklarasikan gerakan mendongeng (gendon) di Royal Plaza Surabaya, Sabtu (21/12). Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi berharap, lewat gerakan tersebut bisa memasyarakatkan dongeng di tengah-tengah warga Kota Surabaya.

“Apalagi saat ini banyak orang tua yang enggan untuk mendongeng sendiri, banyak yang menggunakan handphonenya untuk mendongengi anaknya,” kata Musdiq di sela-sela acara.

Padahal, lanjut dia, dengan mendongeng langsung itu banyak manfaat yang bisa didapatkan antara anak dan orang tuanya. Manfaat yang paling penting menurutnya adalah emosional antara anak dan orang tuanya akan semakin erat. Selain itu, komunikasi antara anak dan orang tuanya semakin lancar.

“Itulah alasan kami kenapa dongeng itu harus di masyarakatkan kembali,” ujarnya.

Acara tersebut juga menjadi moment launchingnya 24 buku yang ditulis oleh anak-anak Surabaya atau pun penjaga taman baca masyarakat (TBM). Dimana selama 2019, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya sudah menerbitkan sebanyak 200 buku karya mereka. Itu juga diakuinya menjadi upaya menumbuhkan literasi bagi masyarakat Surabaya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menilai, deklarasi gerakan mendongeng itu sangat penting. Diapun mengingatkan pentingnya literasi, dengan sering membaca dan menulis. Sebab, kata dia, dengan membaca dan menulis, maka akan terbiasa berimajinasi.

"Nah, dengan cara berimijinasi itu, maka anak-anak akan melakukan tindakan yang mengarah kepada kreativitas,” kata Risma.

Perempuan yang juga menjabat Presiden UCLG ASPAC ini juga menjelaskan, daya imajinasi anak-anak bisa dirangsang dengan cara membaca, termasuk mendengarkan dongeng. Itulah sebabnya kenapa Pemkot Surabaya terus menambah perpustakaan dan TBM di berbagai titik di Kota Surabaya.

“Banyak membangun perpustakaan memang tidak murah, tapi kalau anak-anak sering membaca, maka dia akan kreatif,” kata Risma.

Dadang Kurnia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement