Sabtu 21 Dec 2019 03:13 WIB

LRT Jakarta Baru Raup Pendapatan Rp 300 Juta

Pendapatan LRT Jakarta dihasilkan dari sejak dibuka pada 1 Desember 2019.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Indira Rezkisari
Warga berada di dalam kereta Light Rail Transit (LRT) Jakarta di Stasiun Velodrome Rawamangun, Jakarta, Ahad (1/12).
Foto: Republika/Prayogi
Warga berada di dalam kereta Light Rail Transit (LRT) Jakarta di Stasiun Velodrome Rawamangun, Jakarta, Ahad (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Keuangan dan Pengembangan Bisnis LRT Jakarta, Rudy Hartono, mengatakan pendapatan LRT masih sekitar Rp 370,9 juta sejak beroperasi secara komersial. Angka tersebut didapatkan berdasarkan total penumpang LRT Jakarta dari 1 Desember-17 Desember 2019.

Sepanjang waktu itu, 74.187 penumpang naik LRT Jakarta. Jumlah penumpang dikalikan dengan tarif flat Rp 5.000 di seluruh stasiun.

Baca Juga

"Ya di kisaran segitu lah ya kira-kira. Tapi data pendapatan di luar tiket penumpang belum dijumlahkan secara matang. Sehingga data pendapatan sementara yang dapat disampaikan baru mencakup tiket penumpang saja," katanya di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/12).

Kemudian, kata dia, upaya menyedot pendapatan di luar tiket juga masih terbilang baru digenjot oleh pihak PT LRT Jakarta sebagai operator. Ia menyadari LRT Jakarta masih baru. Ia juga sedang berusaha untuk pasang iklan agar pendapatan LRT Jakarta semakin meningkat.

"Kan kami juga baru jalan juga, baru pada tahap mem-bidding berbagai pihak untuk buka tenant-nya di stasiun kami, pasang iklan juga dan sebagainya. Jadi, pendapatan masih sedikit sekali," kata dia.

PT Jakarta Propertindo (Jakpro) mengeluarkan biaya untuk pembangunan proyek LRT sepanjang 5,8 kilometer (km) tersebut mencapai Rp 5,3 triliun. Biaya itu terdiri dari ongkos pembangunan depo untuk seluruh jalur LRT 110 km sebesar Rp 2,6 triliun dan sisanya sebesar Rp 2,7 triliun untuk pekerjaan jalur sepanjang 5,8 km.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement