Jumat 20 Dec 2019 08:55 WIB

PKS Optimistis Kian Besar

Masuknya Prabowo dalam kabinet menjadi berkah bagi PKS.

Presiden PKS - Sohibul Iman.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Presiden PKS - Sohibul Iman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohammad Sohibul Iman mengaku tak khawatir di tinggal Prabowo Subianto dengan Gerindranya saat menerima pinangan Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Indonesia Maju. Bahkan, masuknya Prabowo dalam kabinet menjadi berkah bagi PKS.

PKS berpeluang merebut sebagian besar basis suara Pasangan Calon 02 pada Pilpres 2019 lalu yang tidak lagi percaya dengan Gerindra dan Prabowo. Ia menjelaskan, banyak pendukung Prabowo merasa seperti kehilangan induk perjuangan. Sebagian pemilih Paslon 02 justru mendukung PKS yang dinilai tegas sebagai oposisi Jokowi-Ma'ruf Amin.

Baca Juga

"Justru membantu semangat, memercepat konsolidasi dan dukungan dari luar semakin luar biasa. Ada hikmahnya, tuturnya saat berkunjung ke Republika," Jakarta, Kamis (19/12)

Meski begitu, komunikasi antara PKS, Prabowo, dan Gerindra masih terjalin dengan baik. Bahkan, sebelum Pra bowo dilantik menjadi menteri pertahanan, keduanya bertemu terlebih dahulu. "Ada istilah, tidak ada pertemanan yang abadi, justru kita ingin jangan sampai itu berlaku," ujar Sohibul.

Ditinggalkan Gerindra membuat PKS dilirik sejumlah partai politik yang tergabung dalam koalisi pemerintah. PKS terlihat mesra dengan Partai Nasdem. Namun, Sohibul mengaku hubungan baiknya dengan Nasdem bukan terjadi tiba-tiba.

Ia mengatakan, komunikasi PKS dan Nasdem sudah dilakukan sejak tiga tahun yang lalu. Komunikasi itu dibangun perlahan karena ada kekeliruan Nasdem dalam menilai PKS.

"Kami membangun komunikasi dengan Surya Paloh itu tiga tahun. Dulu nyinyir, Bang Surya kalau ketemu selalu bilang 'Abang suka banget sama PKS karena banyak orang pinter, yang tidak Abang suka PKS radikal'," ujar Sohibul.

Selama komunikasi tersebut, Sohibul menyebut bahwa Surya menyebut sejumlah kader PKS terindikasi radikal. Namun, ia dengan tegas membantah hal tersebut. "Kata saya, kalau Abang (Surya Paloh) temukan yang radikal, Abang bilang ke saya. Sehingga, kader itu bisa dikenai sanksi," ujar Sohibul.

Ia mengatakan, sebelum pertemuan di kantor DPP PKS beberapa waktu lalu, pertemuan terakhir Sohibul dan Surya Paloh terjadi saat pernikahan anak Presiden Joko Widodo. Saat itu, pen dapat ketum Nasdem itu terhadap PKS masih sama, yakni menilai kader-kader PKS terindikasi radikal.

photo
Presiden PKS - Sohibul Iman.

Momentum itulah yang digunakan Sohibul untuk mengajak Surya Paloh bertemu dan menjelaskan jati diri PKS sesungguhnya. Hasilnya, Surya Paloh dan rombongan elite DPP Partai Nasdem berkunjung ke kantor PKS. Pertemuan tersebut berbuah `pelukan politik' antara Surya Paloh dan Sohibul Iman.

Pelukan keduanya bahkan disinggung Presiden Jokowi saat Kongres Nasdem. Sebab, mesranya Nasdem-PKS terjadi saat koalisi pendukung pemerintah dikabarkan tengah tak solid. Nasdem sempat mengumpulkan elite koalisi pendukung pemerintah tanpa mengundang PDIP.

Sohibul menegaskan, PKS berusaha menumbuhkan iklim politik yang sehat di Indonesia. Saat partai politik saling berkomunikasi dan kerja sama, tanpa perlu ikatan koalisi. "Secara historis, bangsa ini berdiri karena nasionalis dan Islam. Makanya, dua hal ini kita inginkan jalan bersama, mencari titik kesamaan peran," ujarnya.

(nawir arsyad akbar, ed: agus raharjo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement