Rabu 18 Dec 2019 23:02 WIB

Ramai-Ramai Membela Mesut Oezil

Unggahan Mesut Oezil soal Muslim Uighur di Twitter menuai kecaman warganet China.

Para pemrotes Turki dan Uyghur memegang foto-foto pemain sepak bola Turki Arsenal Mesut Oezil karena pesan dukungannya kepada Turkestan Timur selama protes melawan China di Istanbul, Turki, 14 Desember 2019.
Foto: EPA-EFE
Para pemrotes Turki dan Uyghur memegang foto-foto pemain sepak bola Turki Arsenal Mesut Oezil karena pesan dukungannya kepada Turkestan Timur selama protes melawan China di Istanbul, Turki, 14 Desember 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Afrizal Rosikhul Ilmi

Gelandang Arsenal, Mesut Oezil kembali menjadi perbincangan utama di beberapa media atas tindakannya di luar lapangan. Kurang dari dua tahun setelah fotonya bersama Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memicu perbincangan yang sinis hingga akhirnya menyebabkan sang gelandang keluar dari tim nasional Jerman, kini pemain berusia 31 tahun itu mendapati dirinya di badai politik lain. Hal itu berawal dari unggahannya di media sosial tentang dukungannya terhadap muslim Uighur pada Jumat (13/12).

Baca Juga

Dalam unggahannya, Oezil juga mengkritik negara-negara muslim yang tidak bersuara untuk menentang perlakuan pemerintah China terhadap kelompok minoritas muslim di bagian barat negara itu. China dikecam secara luas karena menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia, mereka menahan satu juta orang di kamp-kamp dengan keamanan tinggi di Xinjiang, China utara dengan sebuah kebijakan yang bertujuan menghomogenisasi kelompok itu untuk mencerminkan budaya Han di negara itu.

Reaksi China terhadap dukungan yang diberikan pemain Arsenal, Mesut Oezil kepada muslim Uighur di Xinjiang, China belakangan bisa dibilang berlebihan. Setelah memboikot siaran langsung laga Liga Premier Inggris antara Arsenal melawan Manchester City pada Ahad (17/12) lalu, protes keras juga dilancarkan oleh para penggemar asal China dengan membakar jersey Oezil di ruang publik.

Bahkan, akun Oezil di Weibo, platform media sosial China, yang diikuti oleh sekitar empat juta orang hanya untuk merendahkan sang gelandang. Situs web berita olahraga paling terkenal di negara itu, Hupu, juga telah menangguhkan semua liputan terkait Oezil. Selain itu, platform komunikasi yang berpengaruh di China, Baidu Tieba telah menutup forum yang didedikasikan untuk Oezil.

China dikecam secara luas karena menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM), mereka menahan satu juta orang di kamp-kamp dengan keamanan tinggi di Xinjiang, China utara dengan sebuah kebijakan yang bertujuan menghomogenisasi kelompok itu untuk mencerminkan budaya Han di negara itu. Namun, pemerintah China membantah dan menyebut gelandang Arsenal itu telah dibutakan oleh berita serta kata-kata palsu terkait konflik etnis Uighur. Pemerintah China mengaku bersedia mengundang sang pemain untuk mengunjungi Xinjiang agar dapat membedakan yang benar dan salah.

Namun, Wakil Direktur Penelitian di Lembaga Hak Asasi Manusia China, Frances Eve menilai apa yang dilakukan Oezil sudah benar. Bahkan, kata Eve, Oezil berhak mendapat tepuk tangan atas keberaniannya untuk berbicara tentang Uighur.

Menurut Eve, sikap Oezil akan membangun kepedulian terhadap salah satu pelanggaran HAM terburuk pada era modern ini. Eve menuding, pemerintah China melakukan pembersihan etnis di Xinjiang dan dunia seharusnya tidak tinggal diam. Para ahli di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menggambarkan wilayah itu sebagai "zona tanpa hak" di mana orang Uighur diperlakukan sebagai musuh negara karena identitas agamanya.

Terlebih, baru-baru ini dokumen rahasia pemerintah China bocor dan menambah bukti tentang sistem kamp konsentrasi yang menampung lebih dari satu juta muslim Uighur dan Turki itu. Eve mengatakan, ini adalah penahanan terbesar dari etnis minoritas agama sejak perang dunia kedua.

Kini, unggahan Oezil tentang Uighur telah memicu kemarahan dari media yang dikendalikan oleh pemerintah China dan platform media sosial di negara tersebut. Asosiasi Sepak Bola China mengeluarkan pernyataan bahwa bintang Arsenal itu telah melukai perasaan orang-orang China. Namun, tidak disebut mengapa perasaan mereka terluka.

Menurut Eve, tidak ada yang palsu tentang pelanggaran HAM yang mengerikan oleh pemerintah China terhadap warga Uighur dalam upaya menghapus identitas budaya dan agama mereka.

"Perempuan muslim secara paksa disterilkan di kamp-kamp pengasingan dan anak-anak Uighur dipisahkan dari orang tua mereka dan dikirim ke panti asuhan yang dikelola pemerintah. Pemerintah China telah menghancurkan masjid, makam, situs bersejarah, dan lingkungan. Bahkan bahasa Uighur telah dilarang di sekolah," kata Eve, seperti dilansir dari the Guardian, Rabu (18/12).

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo juga ikut mengecam reaksi China yang berlebihan atas dukungan yang diberikan Oezil kepada orang-orang Uighur. Menurut Pompeo, Beijing tidak bisa menyembunyikan kenyataan.

"Gerai propaganda Partai Komunis Cina (PKC) dapat menyensor Mesut Oezil dan pertandingan Arsenal sepanjang musim, tetapi kebenaran akan menang," tulis Pompeo di Twitter, seperti dikutip dari Hongkong FP, Rabu (18/12).

"PKC tidak bisa menyembunyikan pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap Uighur dan agama lain dari dunia," tambah dia.

Sementara itu, pemerintah Inggris menyayangkan perlakuan China terhadap Arsenal dan Oezil. Seorang juru bicara pemerintah Inggris menegaskan pihaknya secara konsisten membela kebebasan berbicara dan berekspresi.

"Secara konsisten (kami) membela kebebasan berbicara dan berekspresi dan kami mendesak negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama. Kami memiliki keprihatinan serius tentang situasi hak asasi manusia di Xinjiang dan telah mengangkat ini secara teratur dengan pemerintah Cina dan di PBB," kata seorang juru bicara pemerintah, dikutip dari Hongkong FP, Rabu (18/12).

photo
Doa Mesut Oezil untuk Muslim Uighur

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement