Rabu 18 Dec 2019 01:07 WIB

Donald Trump Vs Greta Thunberg, Pemimpin Abai Merusak Dunia

Trump justru menganggap penghargaan kepada Greta sebagai sesuatu yang konyol.

Greta Thunberg.
Foto: ist
Greta Thunberg.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nuraini*

Aktivis muda Greta Thunberg yang berusia 16 tahun dinobatkan sebagai tokoh tahun ini atau Person of the Year oleh Majalah Time. Pemberian penghargaan itu tidak mengherankan jika mengingat pengaruh besar aksi Greta dalam menggerakkan kesadaran publik pada krisis iklim global lewat kampanye Friday for Future (Jumat untuk Masa Depan). Dimulai dari berdemo seorang diri dengan membolos setiap hari Jumat di depan Parlemen Swedia pada Agustus 2018, Greta menggerakkan kampanye krisis iklim di hampir seluruh dunia. Namun, tidak demikian dengan Donald Trump.

Dalam unggahan Twitter, Donald Trump justru menganggap penghargaan kepada Greta sebagai sesuatu yang konyol. Trump menyerang Greta dengan menudingnya sebagai orang yang perlu mengendalikan amarah. Sempat-sempatnya Trump meminta Greta untuk menonton film klasik bersama teman. "Chill Greta, Chill," begitu Trump menulis cicitan.

Apa yang lakukan Trump tersebut sebagai "kill the messenger" atau membunuh si pembawa pesan. Donald Trump justru membunuh karakter Greta dengan mengaitkannya sebagai remaja pemarah. Trump sama sekali tidak menyinggung pesan dan gagasan aksi Greta untuk perubahan iklim.

Pidato Greta yang viral saat di KTT Iklim PBB pada September 2019 menunjukkan emosinya yang menahan amarah. Dia mengecam para pemimpin dunia yang tidak bertindak untuk mengatasi krisis iklim global. Saat itu, dia menuding para pemimpin dunia telah mencuri mimpi dan masa sekolahnya. Dalam sebuah video yang juga viral dalam KTT Iklim PBB tersebut, Greta terlihat marah saat melihat Donald Trump lewat.

Kemarahan Greta beralasan, pemimpin dunia memang abai terhadap kondisi perubahan iklim. Dia sempat mengatakan bahwa kampanye di seluruh dunia mengenai krisis iklim didengar oleh para pemimpin, tetapi tidak cukup membuat mereka bergerak untuk perubahan. Hal itu terbukti saat pemimpin dunia mengikuti konferensi PBB COP25 pada Desember ini. Para negosiator negara-negara di dunia menunda untuk membuat kesepakatan regulasi pasar karbon, yang berujung pada konferensi PBB berakhir tanpa terobosan berarti.

Donald Trump juga menarik AS dari Kesepakatan Paris 2015. Dia menilai perjanjian yang semula diinisiasi AS bersama China itu merugikan ekonomi negaranya. Bahkan, Trump menuding kesepakatan Paris sebagai tipuan China dan dimanfaatkan untuk mengendalikan jumlah penggunaan energi AS. Padahal, AS merupakan salah satu penyumpang polusi terbesar di dunia. Kesepakatan Paris telah ditandatangani hampir 200 negara untuk mencegah kenaikan suhu bumi 1 derajat Celcius, yang sebenarnya belum cukup mencegah krisis iklim.

Tidak jauh berbeda dengan Trump, Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang menganggap KTT Iklim PBB merupakan permainan komersial. Dia menuding negara kaya tidak mau membayar kredit karbon. Padahal, Bolsonaro dikritik keras karena melonggarkan pembatasan eksploitasi hutan Amazon. Tahun ini, hutan Amazon juga terbakar hebat.

Para pemimpin dunia, seperti Donald Trump sepertinya sulit memahami bahwa anak muda saat ini tak mau lagi apolitis. Anak muda adalah pewaris hasil dari kebijakan-kebijakan pemimpin generasi sebelumnya. Jika kebijakan-kebijakan itu merusak, maka anak muda itu yang akan menanggung dan merasakan segala kerusakan. Remaja seperti Greta dan anak muda lain di seluruh dunia yang ikut dalam kampanye "Jumat untuk Masa Depan" ataupun tidak, ingin memiliki masa depan dengan bumi yang aman ditinggali. Kita telah diperingatkan dengan hutan terbakar saat kemarau dan banjir saat musim hujan, satu-satunya bongkahan es atau gletser yang Indonesia punya di Puncak Jaya Papua telah menyusut dengan cepat, dan bahayanya polusi udara di ibu kota negara. Jika pemimpin dunia, juga pemimpin Indonesia tidak membuat perubahan untuk mengendalikan kerusakan itu, kita mesti marah dan beraksi bersama Greta.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement