REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali meninjau calon ibu kota baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12). Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama setelah pemerintah menetapkan lokasi calon ibu kota baru.
Presiden memang ingin menetapkan titik yang akan dibangun sebagai kluster pemerintahan, kluster kesehatan, kluster pendidikan, serta kluster riset dan inovasi di kawasan ibu kota baru ini. Perjalanan ditempuh selama sekitar 3,5 jam dari gerbang tol Samboja, Kutai Kurtanegara setelah Presiden meresmikan jalan tol pertama di Pulau Kalimantan itu.
Panas matahari yang tadinya terik berubah menjadi mendung dan hujan selama perjalanan. Rombongan Presiden pun harus melintasi jalan yang cukup panjang dan berliku. Bahkan, tak sedikit jalan yang masih rusak di sepanjang perjalanan menuju kawasan ibu kota di Penajam Paser Utara, Sepaku.
Penduduk di daerah Penajam Paser Utara memang tak sepadat di kota-kota besar lainnya. Sehingga, selama perjalanan pun tampak sepi warga.
Saat tiba di kawasan calon ibu kota, rombongan melintasi kawasan yang tampak berbukit dengan pemandangan alam yang menarik perhatian mata. Sayangnya, hujan yang turun membuat jalanan yang belum diaspal menjadi berlumpur dan licin.
Karena itu, tak semua rombongan pun bisa mengikuti perjalanan Presiden meninjau titik lokasi kluster pemerintahan. Sulitnya medan menuju lokasi pembangunan kawasan ibu kota ini bahkan menyebabkan mobil jenis Hiace yang dinaiki oleh rombongan menteri sempat tampak tergelincir saat akan melintasi bukit.
Akibatnya, sejumlah menteri seperti Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Mendagri Tito Karnavian, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung harus turun dari mobil yang mereka naiki. Mereka pun harus berjalan kaki hingga atas bukit dan berganti kendaraan.
[video] Lima Alasan Jokowi Memilih Lokasi Ini untuk Ibu Kota Baru
Menurut Presiden Jokowi, kontur wilayah calon ibu kota baru ini justru sangat bagus dan tak akan menyulitkan pembangunan.
"Justru ini kontur yang sangat bagus, bukan menyulitkan. Kalau arsitek atau urban planner diberi sebuah kawasan naik turun bukit pasti akan senang. Lihat saja nanti. Desainernya pasti akan senang sekali," kata Jokowi usai meninjau titik kluster pemerintahan di Penajam Paser Utara.
Jokowi menjelaskan, pemerintah telah menyiapkan lahan seluas total 256 ribu hektare. Namun, wilayah yang akan dibangun sebagai kawasan ibu kota baru nanti hanya seluas 56 ribu hektare.
"Tapi yang akan dikerjakan terlebih dahulu yaitu kawasan pemerintahan 5.600 (ha) kluster pemerintahan, yang nanti kita berharap juga pararel dengan pembangunan kluster kesehatan, kluster pendidikan, riset dan inovasi, financial center," jelas Presiden.
Lokasi ini pun dinilainya sangat mendukung untuk pembangunan smart city, complex city, sekaligus green city. Rencananya, titik kluster pemerintahan akan dibangun di lokasi tertinggi di kawasan itu.
Tak jauh dari titik itu, juga akan dibangun Istana Presiden dan gedung-gedung pemerintahan. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, kawasan yang akan dijadikan sebagai calon ibu kota bukanlah merupakan kawasan hutan lindung dan hutan alam.
"Ini adalah kawasan hutan industri yang kita ambil dari perusahaan. Yang tadi sebanyak 56 ribu hektare tadi," ucapnya.
Namun, pemerintah juga akan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar calon ibu kota. Jokowi menyebut, wilayah yang seluas 256 ribu hektare diperuntukan sebagai kawasan konservasi guna memperbaiki kondisi lingkungan sekitar.
"Sehingga saya sudah perintahkan ke menteri perhutanan untuk membangun yang pertama kebun bibit seluas kurang lebih 100-an hektare, yang nanti akan ada jutaan bibit di situ," jelas Jokowi.
Presiden mengaku hingga saat ini pemerintah masih mengkaji apakah ibu kota baru akan dijadikan sebagai provinsi baru atau menjadi sebuah kota yang akan dikelola oleh city manager.
"Ini yang akan segera diputuskan. tapi yang paling penting, badan otoritas ibu kota segera akan terbentuk akhir bulan Desember atau paling awal Januari," ungkapnya.
Lima Alasan Ibu Kota Pindah