Selasa 17 Dec 2019 17:51 WIB

Masduki: Kami Diundang ke Xinjiang, Tapi Tetap Beri Catatan

Masduki menilai tudingan Wall Street Journal tak berdasar.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi.
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Maejlis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Informasi dan Komunikasi, KH Masduki Baidlowi memberi tanggapan soal pemberitaan Wall Street Journal (WSJ) yang menuding ormas Islam di Indonesia bungkam atas masalah Uighur karena telah menerima suap dari China. Ia menilai tudingan WSJ salah.

"Tuduhan dari WSJ itu salah ya, saya kira tidak cover bothside ya, dan hanya menuduh, makanya banyak orang berpikiran tulisan WSJ itu sebagai bagian dari proxy war, perang dagang antara China dan Amerika, jadi orang memperkirakan seperti itu," kata dia di kantor MUI, Jakarta, Selasa (17/12).

Baca Juga

Masduki termasuk salah satu dari rombongan dari Indonesia yang ikut ke Xinjiang, China, beberapa waktu lalu. Rombongan tersebut dari kalangan pengurus MUI dan ormas Islam yakni Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah. Dia menjelaskan, mereka datang ke sana memang atas undangan China.

Meski begitu, Masduki mengatakan tetap ada catatan kritis terhadap China saat itu. "Kami datang lalu memberi catatan-catatan kritis dari undangan itu. Salah satunya bahwa kami ingin masyarakat Islam di Xinjiang mendapatkan hak-haknya," kata dia.

Masduki, yang juga menjabat sebagai staf Khusus Wakil Presiden Ma'ruf Amin Bidang Komunikasi dan Informasi, menuturkan Pemerintah Indonesia bakal menekan China agar memperhatikan hak-hak warga Muslim Uighur. Tekanan kepada China ini dilakukan dengan tetap menghormati urusan dalam negeri masing-masing.

"Kita akan memberikan tekanan diplomasi dengan China supaya memperhatikan hak-hak warga Muslim Uighur di China, dengan tetap saling menghormati prinsip diplomasi antara Indonesia dan China, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing," imbuhnya.

Masduki mengakui, antara Indonesia dan China selama ini telah terjalin hubungan yang baik misalnya pada beberapa sektor. "Makanya, tekanan diplomasi yang akan diberikan ini dengan tetap menghargai hak masing-masing," ujar dia.

Masduki meyakini tekanan yang diberikan kepada China soal nasib Muslim Uighur itu tidak akan berdampak buruk terhadap hubungan kedua negara. "Enggak, enggak, kita kan tetap menjaga hubungan baik, sama halnya dengan pemerintah Indonesia dengan ASEAN itu kan saling tidak mengganggu, prinsip-prinsip itu yang dipakai," tuturnya.

Karena itu, Masduki mengatakan, tekanan kepada China ini harus fokus pada pemberian hak Muslim Uighur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement