Senin 16 Dec 2019 20:19 WIB

Pilwalkot Solo Jadi Pertarungan PDIP

PDIP perlu mencermati sosok mana yang lebih tepat maju Pilwalkot Solo.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pendukung putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka membawa poster saat ikut mengantarkan Gibran mengembalikan formulir pendaftaran pencalonan sebagai Wali Kota Surakarta di Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2019).
Foto: R. REKOTOMO/ANTARA FOTO
Sejumlah pendukung putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka membawa poster saat ikut mengantarkan Gibran mengembalikan formulir pendaftaran pencalonan sebagai Wali Kota Surakarta di Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majunya putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan wali kota (Pilwakot) Solo menjadi pertarungan tersendiri di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pasalnya, DPC PDIP Solo telah mengusung Achmad Purnomo yang berpasangan dengan Teguh Prakosa.

"Jadi bisa kita katakan ini adalah pertarungan dari sisi PDIP, pertarungan figur kultural melawan figur struktural di PDIP itu sendiri," ujar Direktur Utama Median, Rico Marbun saat rilis survei Pilkada Kota Solo, Senin (16/12).

Baca Juga

Ia mengatakan, berdasarkan survei, faktor orang memilih Gibran karena anak Jokowi tak bisa dihilangkan. Jokowi bukan tokoh struktural dalam PDIP melainkan tokoh kultural, kendati demikian Jokowi memiliki pendukung dari PDIP yang cukup signifikan.

Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa diusung DPC PDIP Solo melalui penjaringan tertutup di tingkat Ranting hingga Pengurus Anak Cabang (PAC). Sedangkan, Gibran yang bukan kader PDIP mendaftar bakal calon wali kota melalui DPD PDIP Jawa Tengah.

"Pemilih kulturalnya yang kecewa itu lari, tidak aman untuk (Pemilu) 2024. Atau misalnya terburu-buru juga. Karena ini anak presiden kemudian lagi trending kita pilih Gibran saja, Ahmad Purnomo disingkarkan dulu. Nanti pemilih strukturalnya bagaimana pasti akan tersinggung kan," tutur Rico.

Menurut Rico, PDIP perlu dengan cermat menentukan keputusan akhir untuk mengajukan Ahmad Purnomo atau Gibran dalam Pilwakot nanti. Sebab, hal ini juga akan berpengaruh terhadap menjaring atau menjaga suara pemilih untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Rico melanjutkan, kemungkinan cara terbaik yang dapat dilakukan PDIP adalah melihat kompetisi selama dua sampai tiga bulan ke depan antara Purnomo dan Gibran. Sehingga, PDIP tak merugi karena pemilih tokoh struktural maupun kultural tidak kabur ketika PDIP pada akhirnya menentukan pilihan mengajukan Purnomo atau Gibran.

"Mungkin lebih mengerti Bu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri) dan Pak Hasto (Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto). Tapi kalau terlihat dari sini bisa kita lihat, supaya karena ini penting kaitannya dengan suara PDIP di pileg selanjutnya," kata Rico.

Sebab, lanjut dia, hasil survei Median, terjadi pembelahan suara di PDIP. Pemilih PDIP yang memilih Purnomo sebesar 43,7 persen, sedangkan yang memilih Gibran sebanyak 36,7 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement