Senin 16 Dec 2019 05:33 WIB

Pemerintah Indonesia-Singapura Diharap Tangani Limbah Kapal

Persoalan limbah kapal di Bintan diharap diselesaikan pemerintah Indonesia-Singapura.

Kapal tanker (Ilustrasi). Pemerintah Indonesia dan Singapura diharapkan segera menangani persoalan limbah kerak minyak kapal yang saban tahun mencemari pantai di Bintan dan Batam.
Foto: VOA
Kapal tanker (Ilustrasi). Pemerintah Indonesia dan Singapura diharapkan segera menangani persoalan limbah kerak minyak kapal yang saban tahun mencemari pantai di Bintan dan Batam.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Limbah yang diduga berasal dari pembersihan kerak minyak kapal kembali mencemari pantai di Kabupaten Bintan dan Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Buralimar, mengatakan, limbah minyak hitam itu setiap tahun mencemari sejumlah kawasan pantai di Bintan dan Batam.

Limbah itu mengotori sejumlah pantai yang dijadikan sebagai objek wisata di Pantai Trikora dan Pantai Lagoi, Bintan. Limbah itu juga mencemari Pantai Nongsa sehingga mengganggu sektor pariwisata.

Baca Juga

"Pantai Lagoi dan Nongsa itu sudah ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional," katanya di Tanjungpinang, Ahad.

Buralimar mengemukakan, limbah minyak hitam bukan berasal dari Indonesia, melainkan perairan internasional. Limbah dari perbatasan Indonesia dengan Singapura itu masuk ke pantai di Bintan dan Batam sudah sejak puluhan tahun yang lalu.

Limbah tersebut dibawa arus ke perairan Bintan dan Batam pada musim angin utara, seperti saat ini. Pemerintah Provinsi Kepri, Pemerintah Kabupaten Bintan dan Pemerintah Kota Batam serta pengelola resor yang terdampak limbat tersebut setiap musim angin utara mengeluhkan permasalahan yang sampai sekarang belum berhasil diatasi itu.

Pemerintah daerah, menurut dia, tidak memiliki kapasitas untuk menyelesaikan permasalahan itu. Ia berpendapat, permasalahan limbah itu harus diselesaikan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Singapura.

"Sejak dahulu, setiap tahun datang permasalahan ini, kami laporkan ke pemerintah pusat untuk diselesaikan. Kami berharap kali ini diselesaikan secara serius karena perairan Kepri bukan tempat sampah," katanya.

Buralimar mengatakan, limbah minyak hitam sangat mengganggu sektor pariwisata. Wisman sudah banyak mengeluhkan permasalahan ini. Mereka berjalan dan berenang di pantai terkena limbah cair dan kenyal.

Limbah itu sulit dihilangkan dari tubuh wisman sehingga banyak dari mereka merasa dirugikan. Buralimar menyebut, sektor pariwisata merupakan sektor andalan di Kepri.

"Kami khawatir ini memengaruhi kunjungan wisman," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement