REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat Tata Kota dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ikaputra mengatakan, penataan jalur pedestrian di Kota Yogyakarta belum cerdas. Alasannya penataan hanya dilakukan terhadap fisik jalan, namun tidak dengan aktivitas jalan.
Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah menata Jalan Jenderal Sudirman untuk dijadikan sebagai pusat entitas Kota Yogyakarta. Menurutnya, Pemkot Yogyakarta belum memiliki konsep penataan yang baik di Jalan Sudirman.
Penataan menyebabkan masyarakat masih enggan untuk berjalan kaki di kawasan tersebut. Penataan jalur pedestrian di Jalan Sudirman ini sudah hampir rampung dan ditargetkan selesai pada akhir Desember 2019.
"Pertanyaan besar, Sudirman apa daya tariknya yang membuat orang jalan. Kotabaru sudah diperbaiki dan bagus, tapi tidak membuat orang jalan. Saat ini belum cerdas, masih begitu-begitu saja," ujarnya kepada Republika akhir pekan ini.
Untuk itu, ia menegaskan perlu manajemen tata ruang Kota Yogyakarta yang lebih cerdas. Tidak hanya di Jalan Sudirman, namun juga di jalur pedestrian lainnya di Yogyakarta.
"Jangan hanya melihat dari fisik saja. Fisik itu hanya modal fasilitas. Tapi modal sosial dan budayanya belum ada," kata Ikaputra.
Ia pun mengusulkan manajemen tata ruang yang seharusnya diterapkan yakni dengan memperlihatkan keunikan jalan itu sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan memperbanyak pohon atau mengadakan berbagai festival agar membuat masyarakat menggunakan jalan tersebut.
Dengan begitu, katanya, pemanfaatan jalur pedestrian tersebut oleh masyarakat bisa lebih maksimal. Contohnya kawasan Malioboro yang membuat masyarakat mau berjalan kaki dengan keunikannya yakni adanya pertokoan dan pedagang kaki lima.
Selain itu, perkantoran yang ada di Jalan Sudirman juga diminta untuk berkontribusi. Sebab, kontribusi perkantoran merupakan bagian penting dari kebijakan yang cerdas untuk Yogyakarta.
"Halaman perkantoran di Sudirman itu bisa difungsikan di malam hari. Berani tidak pemerintah membuat satu aturan dan meminta pemilik perkantoran memfungsikan lahannya untuk kegiatan publik yang terseleksi," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono mengatakan, penataan jalur pedestrian dan pekerjaan ducting di Jalan Jenderal Sudirman sudah mencapai 90 persen. Penataan ini ditargetkan selesai 22 Desember.
"Tanggal 22 (Desember 2019) ini terakhir PHO atau provisional hand over kita. Nanti ada tulisan iconic, tulisan Sudirman. Tanggal 22 kami sudah selesai semuanya," kata Agus belum lama ini.
Ia menjelaskan, dilakukannya penataan dan ducting guna memperbaiki wajah Kota Yogyakarta. Sehingga lebih terlihat elegan dan ramah terhadap pejalan kaki karena sudah tidak ada kabel-kabel yang terlihat.
"Jadi tidak hanya sebatas memperbaiki kondisi fisik saja, ruas pedestrian dan lanskapnya saja. Namun juga memperbaiki visual ruang yang turut serta menjadi wajah pedestrian," tambahnya.
Selain itu, penataan ini juga sebagai pusat entitas Kota Yogyakarta nantinya. Sehingga, beban di Malioboro dapat dipindahkan ke Jalan Jenderal Sudirman.