Sabtu 14 Dec 2019 17:59 WIB

BNPB: Perlu Kesadaran Kolektif untuk Cegah Bencana

Perlu kesadaran bersama membangun kepedulian peningkatan lingkungan.

Kepala BNPB Doni Monardo
Foto: dok. Humas BNPB
Kepala BNPB Doni Monardo

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengemukakan perlu ada kesadaran kolektif/bersama untuk membangun kepedulian terhadap peningkatan lingkungan/alam. Kepedulian lingkungan ini untuk mencegah bencana banjir bandang dan longsor.

"Saya terus terang saja, karena merasa perlu ada suatu kesadaran kolektif. Mengubah perilaku yang tadinya kurang peduli dengan ekosistem, dengan lingkungan, untuk mulai kita lebih serius memperhatikan hal-hal yang berhubungan lingkungan kita," kata Doni Monardo dalam sambutannya di Desa Bolapapu Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (14/12).

Baca Juga

Walaupun, kata Doni, semua pihak bisa bekerjasama dalam membantu daerah terdampak bencana saat bencana terjadi. Namun, ia menegaskan hal itu tidaklah cukup. Sebab, semua pihak tentu tidak menginginkan hal itu terjadi berulang-ulang atau setiap saat.

Karena itu, ia meminta kepada semua pihak dan kepada para korban untuk bersama-sama mencari akar masalah atau penyebab terjadinya bencana banjir bandang. "Berdasarkan data-data yang kami peroleh, baik itu dari citra satelit, maupun pengakuan sejumlah pihak bahwa telah terjadi perubahan vegetasi di bagian hulu. Artinya, ada penebangan tanaman pohon 10 atau 20 tahun yang lalu," katanya.

Ia menerangkan kepada masyarakat bawa, penebangan pohon berdampak pada membusuknya akar. Dengan begitu akar pohon tidak lagi berfungsi untuk meresap air, sehingga air masuk ke dalam pori-pori tanah.

Semakin banyak volume air yang masuk ke pori-pori tanah, tanpa ada kemampuan akar untuk menyimpan atau meresap air, maka air tersebut akan menjadi kantong. "Kantong air yang terkumpul bebannya menjadi semakin berat. Nah, ketika curah hujan tinggi, maka inilah yang lepas, sehingga terjadilah longsor," katanya.

Begitu pula dengan sisa-sisa potongan kayu, kata dia, yang di bawah hujan lantas menutup anak-anak sungai lalu terbentuk embung, yang semakin hari semakin besar daya tampungnya. Ketika tidak lagi kuat menahan air, maka pasti akan lepas dan terjadinya banjir bandang disertai material batu dan kayu.

"Ini terjadi bukan hanya di daerah Bolapapu, hampir terjadi di banyak daerah," urai dia.

Karena itu, ia menghimbau sebagai makhluk Tuhan yang sempurna dibanding makhluk lain, dibekali dengan kemampuan yang memadai harus mencari solusi atas hal ini. Salah satu dari solusi yakni membangun kesadaran kolektif untuk merubah perilaku untuk lebihserius meningkatkan kualitas lingkungan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement