REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Depok Mohammad Idris menyatakan, Kota Depok sedang memerlukan perhatian Kabupaten Bogor. Hal itu, disampaikan Idris dalam acara Borderline Economic Summit (BES) 2019 yang digelar di Hotel Royal Tulip Gunung Geulis Resort, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Kamis (12/12).
"Sekali lagi Bu (Ade Yasin), Kota Depok sedang memerlukan perhatian ibu kandungnya," kata Idris.
Sebagai kota yang pernah menjadi bagaian dari Kabupaten Bogor, Idris mengatakan, Kota Depok memerlukan kerjasama dengan Kabupaten Bogor. Dia mengatakan, banyak infrastruktur yang harus dibangun dersama-sama dengan Kabupaten Bogor khususnya jembatan perbatasan.
Idris mengatakan, jumlah penduduk Kota Depok mencapai 2,3 juta jiwa. Sebanyak 70 persen memiliki aktivitas diluar Depok. Dari 70 persen tersebut, 20 persen di antaranya beraktivitas di Kabupaten Bogor.
"Terutama daerah perbatasan yaitu Parungpanjang (Kabupaten Bogor) dengan Bojongsari (Kota Depok) dan Kecamatan Bojonggede," jelasnya.
Diketahui, Kecamatan Bojonggede secara administratif pemerintahan masuk Kabupaten Bogor. Namun untuk wilayah hukum Bojonggede termasuk dalam area Polresta Depok.
Jembatan perhubungan diperbatasan tersebut, kata Idris, perlu dibenahi Kota Depok dan Kabupaten Bogor. Jika pembangunan hanya dilakukan Kota Depok, Idris menilai, perbaikan akan percuma.
"Saya katakan sudah gawat darurat yang sebelah Bogor. Tapi kan gak bisa kita benahi karena itu punya Bogor," katanya.
Karena itu, dia mengapresiasi, upaya yang dilakukan oleh Kabupaten Bogor untuk mengadakan BES 2019. Dengan demikian masalah perbatasan dapat dibahas secara bersama-sama.
"Gak salah kalau kami punya ibu kandung, Bu Ade (Bupati Bogor) yang sangat luar biasa, dan abang kandung kami Kota Bogor, kang Bima (Wali Kota Bogor). Insyallah kita akan selalu berjalan bersama," kata Idris.
Dalam BES 2019, setidaknya ada delapan isu strategis dibawa dibahas secara bersama-sama. Salah satunya permasalahan infrastrukur yang berkaitan dengan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor.