Kamis 12 Dec 2019 23:00 WIB

Banyak Negara Pelajari Cara Pesantren Buat Produk

Rata-rata tertarik karena ingin mengadopsi dan belajar membuat produk

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agung Sasongko
Pesantren
Foto: Arief Priyoko/Antara
Pesantren

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Koperasi Pesantren Daarut Tauhid  (DT) Bandung, Peri Risnandar mengatakan, bagi DT perjalanan mengikuti pameran ke Turki sangat menarik. Karena selama ini, belum ada pesantren yang diajak ke sana.

Saat pameran pun, hampir semua yang peserta pameran adalah perusahaan. Sehingga, kelima pesantren ini mendapatkan perhatian.

"Mereka mendatangi kami tak hanya tertarik pada sebatas produknya saja tapi juga sistem pesantren yang diterapkan," katanya.

Semua negara yang datang ke stand pesantren, kata dia, rata-rata tertarik karena ingin mengadopsi dan belajar bagaimana pesantren mengembangkan usahanya sekaligus ilmu agama. DT sendiri, sudah sepakat untuk bekerja sama dengan perusahaan  travel asal Jordan. Mereka, tertarik untuk menerapkan wisata halal di Indonesia di negaranya.

"Karena kan di dunia, semua harus halal. Yakni, wisata halal, hotel, makanan halal. Jadi, Jordan tertarik datang ke Indonesia untuk belajar bagaimana membuat paket halal," katanya.

Selain dari Jordan, kata dia, DT pun menerima pesanan produk fashion dari Serbia sebanyak 10 ribu tas gendong kecil. Karena, saat berpameran DT memang memamerkan produk fashion.

"Nigeria juga, mengajak kami untuk memasarkan produk di acara pameran halal mereka," katanya.

Terkait Gelar Produk OPOP, Peri menilai, bisa jadi sarana untuk membuka pandangan publik tentang dunia pesantren. Sebab, kini pesantren sudah banyak yang memiliki kemajuan. Bahkan, banyak pesantren yang memiliki sektor bisnis.

"Ini bisa memperlihatkan kepada masyarakat bahwa sebetulnya potensi pondok pesantren itu enggak hanya dari sisi dakwah dan sosial, tapi ada potensi ekonominya," kata Peri.

Kopontren DT Bandung sendiri adalah salah satu yang membina peserta OPOP. Berbagai pembekalan dilakukan agar masing-masing pesantren bisa memiliki produk dan bisa bersaing. 

Pengamat Kewirausahaan sekaligus Dosen SBM ITB Wawan Dhewanto mengatakan OPOP adalah program inovatif. Sebab, melalui OPOP, pesantren dibina dan difasilitasi agar bisa mandiri dan memiliki daya saing ekonomi.

"Saya melihat OPOP ini satu program yang inovatif. Karena secara umum pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama. Tapi ketika bisa masuk ke arah ekonomi, itu sebuah pendekatan yang out of the box, sesuatu yang inovatif," papar Wawan. N 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement