REPUBLIKA.CO.ID, PAYAKUMBUH -- Rentetan bencana banjir dan tanah longsor terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota sejak awal pekan ini. Kondisi tersebut mengakibatkan sebanyak 73 warga harus mengungsi ke tempat aman.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lima Puluh Kota Joni Amir mengatakan banjir dan tanah longsor menyebabkan 35 rumah di dua jorong di Nagari Taram, Kecamatan Lareh Sago Halaban, rusak. "Ada 73 jiwa mengungsi ke tempat yang aman," kata Amir, Kamis (12/12).
Amir menjelaskan 25 jiwa mengungsi ke Kantor Jorong Subarang, Nagari Taram, dan 20 jiwa mengungsi ke musola terdekat. Selain itu ada 20 jiwa mengungsi di tenda pengungsian dan delapan lainnya mengungsi di Jorong Kubang Lambau Nagari Balai Panjang, Kecamatan Lareh Sago Halaban.
Warga harus mengungsi karena ketinggian air masih membuat warga sulit beraktivitas. Selain mengungsikan diri, warga juga mengungsikan peralatan rumah tangga yang mudah rusak terkena air. Evakuasi korban pun terpaksa dilakukan menggunakan perahu karet.
Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi menetapkan status tanggap darurat banjir. Status tanggap darurat ini dimulai sejak Selasa (10/12) sampai Selasa (17/12) nanti. "Kita tetapkan masa tanggap darurat hingga sepekan," kata Irfendi.
Banjir dan juga tanah longsor melanda enam kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota sejak Ahad (8/12). Irfendi menyebut pemerintah bersama BPBD, TNI, Polri, dan masyarakat memperioritaskan evakuasi korban ke tempat aman selama masa tanggap darurat.
Tim gabungan juga sedang membersihkan material longsor yang menutupi jalur transportasi. Enam kecamatan yang dilanda banjir dan tanah longsor di Kabupaten 50 KOta ialah Kecamatan Payakumbuh, Kecamatan Suliki, Kecamatan Harau, Kecamatan Mungka, Kecamatan Pangkalan, dan Kecamatan Lareh Sago Halaban.