REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pelaksana Tugas Bupati Cianjur, Jawa Barat Herman Suherman, menjamin penyandang disabilitas Nova Rizkia Nurhaliza (21 tahun) akan mudah mendapat pekerjaan setelah kelulusannya nanti. Nova saat ini siswi kelas XII SLB Permata Ciranjang
"Saya menjamin setelah lulus nanti Nova akan mendapat pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkannya," ujar Herman usai membuka acara Cianjur Job Fair 2019 yang bertempat di Lapangan Prawatasari, Rabu (11/12).
Ia menjelaskan, belum lama ini Indonesia memperingati Hari Difabel Sedunia. Ia mengaku sengaja mencari kaum difabel yang ikut melamar pekerjaan ke perusahaan yang diinginkan.
"Ada satu orang yang langsung saya dampingi, dan saya menjamin dia untuk dapat diterima bekerja di perusahaan yang diinginkannya. Perusahaan yang dituju menyanggupi menerimanya bekerja setelah lulus," katanya.
Bahkan, ia siap membantu mencarikan pekerjaan kaum difabel lainnya melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Cianjur. "Ini sebagai bentuk nyata perhatian Pemkab Cianjur terhadap kaum difabel, tidak hanya dari penyediaan fasilitas, tapi juga termasuk ketersediaan lapangan kerja," katanya.
Nova, warga Desa Ciherang, Kecamatan Karangtengah, sengaja datang ke lokasi job fair untuk melamar pekerjaan ke salah satu perusahaan garmen di Kecamatan Sukaluyu yang tidak jauh dari rumahnya. "Saya tidak menyangka mendapat perhatian pak bupati dan menjamin saya diterima di perusahaan yang saya tuju. Saya datang ke job fair didampingi guru dari SLB Permata," katanya.
Meskipun belum lulus sekolah, dia bertekad mencari pekerjaan guna membantu ekonomi orang tuanya dan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya sendiri. "Saya melamar untuk bagian administrasi. Meskipun dengan keterbatasan fisik, saya dapat bekerja secara maksimal. Harapan saya perhatian lebih dari pemerintah tidak hanya untuk saya, tapi untuk semua kaum difabel yang ada di Cianjur," katanya.
Guru SLB Permata Ciranjang, Teti Rohani, mengatakan saat ini kesempatan bekerja untuk kaum difabel sudah mulai terbuka, meskipun aturan ketenagakerjaan yang menyebutkan satu persen kuota di tiap perusahaan harus diisi kaum difabel masih belum diterapkan optimal. "Lulusan SLB kami, sudah ada sebanyak 15 orang yang diterima bekerja di pabrik sepatu terbesar se-Asia Tengara. Meskipun masih jauh dari ketentuan, kami berharap ke depannya semakin banyak kesempatan bekerja untuk kaum difabel," katanya.