Selasa 10 Dec 2019 15:11 WIB

Kasus HIV-AIDS di Sukabumi Naik, LSL Mendominasi

Semua daerah di Sukabumi rawan penyebaran HIV/AIDS.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Muhammad Hafil
HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Flickr
HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI--Kasus HIV-AIDS di Kota Sukabumi paling besar berasal dari kalangan lelaki seks lelaki (LSL). Sebelumnya kasus terbesar berasal dari pengguna narkoba suntik (penasun) dan heteroseks.

"Kami melihat kondisi tiga tahun terakhir kasus meningkat,’’ ujar Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sukabumi Fifi Kusmajaya kepada Republika, Selasa (10/12). Hal ini disampaikan disela-sela puncak peringatan hari AIDS tingkat Kota Sukabumi di Gedung Pusat Kajian Islam Kota Sukabumi. 

Baca Juga

Menurut Fifi, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menyebutkan dalam kurun waktu Januari hingga November 2019 terdata jumlah penderita baru HIV-AIDS sebanyak 155. Rinciannya kasus baru HIV sebanyak 135 kasus dan AIDS sebanyak 22 kasus. 

Dari jumlah tersebut sebanyak 101 orang laki-laki dan 54 orang wanita. Sementara pada  2018 hanya sebanyak 144 orang atau naik mendekati 14 persen lebih.

Sehingga lanjut Fifi, perlu ada perhatian lebih dalam penanganannya. Terlebih dari data yang ada kasus baru ini kebanyakan menimpa angkatan kerja atau generasi baru.

Faktanya bila dilihat dari sisi usia yang paling tinggi adalah 25-49 tahun yakni 109 orang dan 20-24 tahun 21 orang. Selain itu umur 50 tahun ke atas sebanyak 12 orang, usia 5-14 tahun sebanyak 6 orang dan usia 15-19 tahun 5 orang, serta usia di bawah 4 tahun 2 orang.

Di sisi lain penyumbang terbesar HIV-AIDS syakni lelaki seks lelaki (LSL)  yang mewakili 35 persen dari penderita 155 orang. Sebelumnya pada tahun-tahun lalu yang paling tinggi adalah penasun dan heteroseks.

Rinciannya penyumbang kasus baru HIV-AIDS terbesar yakni LSL sebanyak 55 orang. Berikutnya pasangan beresiko tinggi (risti) sekitar 25 orang, pelanggan 10 orang, penasun 4 orang, wanita pekerja seksual (WPS) 4 orang dan lainnya 57 orang.

Diakui Fifi, dari sebanyak 155 kasus baru HIV sebagian besar berasal dari luar Kota Sukabumi yakni 90 orang dan warga kota hanya 65 orang. Hal ini dikarenakan penderita mendapatkan layanan kesehatan di Kota Sukabumi.

Lebih lanjut Fifi menuturkan, jumlah kasus HIV-AIDS yang tercatat di Kota Sukabumi secara keseluruhan sejak 2000 hingga November 2019 mencapai sebanyak 1.551 kasus. Data tersebut bukan seluruhnya warga Kota Sukabumi, melainkan ada dari warga luar Sukabumi yang tercatat mendapatkan pelayanan di daerah tersebut.

Jumlah ini meningkat dibandingkan total kasus pada rentang 2000 hingga 2018 sebanyak 1.396 kasus HIV-AIDS. .Fifi menuturkan, dibandingkan dengan 2018 ldan 2017 lalu jumlah kasus baru HIV-AIDS mengalami turun dan naik. Sebabnya pada 2018 lalu kasus baru mencapai sebanyak 144 dan 2017 sebanyak 160 kasus serta 2019 naik lagi menjadi sebanyak 155 kasus.

Bertambahnya kasus baru HIV-AIDS ini disikapi KPA dan Pemkot Sukabumi dengan beragam cara. Misalnya Melakukan edukasi pencegahan HIV-AIDS ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sukabumi pada Senin (9/12).  

"Kami berupaya memutus mata rantai penyebaran HIV-AIDS yang harus dilakukan ke masyarakat,’’ ujar Ketua KPA Kota Sukabumi sekaligus Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi. Hal ini disampaikan disela-sela peringatan hari AIDS se-dunia tahun 2019 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Sukabumi, Senin (9/12).

Semua elemen masyarakat harus mendapakan informasi yang jelas agar terhindar dari HIV-AIDS. Termasuk warga binaan pemasyarakatan di Lapas Sukabumi. Harapannya ungkap Fahmi, mereka dapat menjaga perilaku budaya dan attitude agar menjauhi hal-hal yang berpotensi menyebarkan HIV.Terlebuh dari data yang ada kasus HIV-AIDS sejak 2000 hingga sekarang mencapai sebanyak 1.551.

Fahmi mengatakan, semua daerah rawan penyebaran HIV-AIDS. Namun yang terpenting adalah bagaimana semua berperilaku dengan baik sesuai dengan ajaran agama.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Sukabumi, Lulis Delawati menambahkan, pihaknya berupaya menggencarkan langkah pencegahan penyebaran HIV-AIDS. Sehingga kasusnya bisa menurun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement