REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) akan mengadopsi program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Surabaya untuk jadi percontohan nasional.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima audiensi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati beserta jajarannya di rumah dinasnya, Jalan Sedap Malam Surabaya, Senin (9/12). Pada pertemuan tersebut, Risma memaparkan program-program terkait pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang dijalankannya.
Risma menjelaskan, selain program pendidikan SD–SMP gratis, Pemkot Surabaya juga menjamin asupan gizi bagi balita dan anak usia dini di Kota Pahlawan. Anak mulai dari usia balita sampai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), mendapat tambahan asupan gizi dari Pemkot Surabaya.
"Sebulan ada empat kali tambahan asupan gizi, seperti susu, kacang ijo, dan sebagainya. Jadi bukan hanya balita yang kita berikan asupan tambahan, PAUD pun juga," kata Risma.
Selain itu, untuk memastikan kesehatan remaja khususnya perempuan, Risma juga memberikan imunisasi kanker serviks secara gratis. Bahkan, pemberian imunisasi hepatitis B juga diberikan untuk warganya. Sehingg, kata dia, posyandu di Surabaya tidak hanya untuk balita saja, tapi remaja bahkan lansia juga ada.
Selain menjamin kesehatan anak-anak, berbagai upaya juga dilakukan untuk menekan angka putus sekolah di Surabaya. Sebab, Risma menilai, anak yang putus sekolah akan cenderung mengalami kenakalan dan melakukan hal negatif lainnya.
“Kami banyak menemukan bandit, rampok dari mereka yang putus sekolah. Lalu saya cari solusi bagaimana mereka bisa sekolah dan memberi kegiatan positif selain di sekolah,” kata Risma.
Risma mengaku, pihaknya juga menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung anak-anak Surabaya menyalurkan kegiatan positif di luar jam sekolah. Di antaranya, ratusan lapangan olahraga, taman kota, serta 1.400 perpustakaan yang tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya.
“Kami juga punya program namanya Kampunge Arek-Arek Suroboyo. Mereka di jam tertentu, akan belajar dan sepakat tidak menyalakan televisi satu kampung,” ujar Risma.
Presiden UCLG Aspac itu juga memamerkan keberhasilan Kota Surabaya dalam membangun program pemberdayaan perempuan, salah satunya melalui Pahlawan Ekonomi (PE). Risma mengakui, program tersebut berdiri lantaran sejak awal menjabat wali kota, ia menemukan 20 persen warga miskin.
“Warga tersebut ternyata sebagian besar suaminya sudah bekerja. Akhirnya saya cari opsi kedua dengan menggerakkan ibu rumah tangga untuk berpenghasilkan,” kata dia.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati pun mengapresisi program tersebut. Menurutnya, Kota Surabaya mempunyai konsep yang sangat luar biasa, khususnya terkait pemenuhan hak anak dan pemberdayaan perempuan.
“Saya sebagai orang baru di kementerian ini kagum dengan Surabaya yang mempunyai konsep luar biasa. Di sini (Surabaya) lengkap, dengan PE serta pemenuhan hak anak. Anak-anak di sekolahkan dan dikembangkan potensinya seperti di Kampung Anak Negeri,” kata dia.
Dia pun mengakui bakal mengadopsi dan mereplikasikan program yang telah berjalan di Surabaya untuk daerah lain di seluruh wilayah Indonesia. “Ini pola yang bisa kami adop, kami replikasikan untuk daerah lain di Indonesia,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Menteri PPPA juga mengapresiasi Risma dalam menyelesaikan masalah kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak-anak. Seperti upaya pencegahan tindak pelecehan pada anak melalui tes psikologi.
“Ini bisa menjadi pilot project. Kalau di sini (Surabaya) saya apresisasi sekali. Ini bisa menjadi contoh bagi kami ke depan,” ujarnya.