Senin 09 Dec 2019 09:26 WIB

Prokon Khilafah: Khilafah tak Tepat Diajarkan ke Siswa

Ada sejumlah guru menganggap khilafah sebagai solusi mengatasi masalah bangsa

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Elba Damhuri
Pro Kontra Khilafah: Peserta Aksi 299 unjuk rasa penolakan perpu ormas dan kebangkitan PKI membawa bendera Khilafah di depan Kantor DPR RI dan MPR RI Jakarta, beberapa waktu lalu. Isu khilafah menjadi pro kontra di Tanah Air terkait kurikulum pendidikan madrasah.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pro Kontra Khilafah: Peserta Aksi 299 unjuk rasa penolakan perpu ormas dan kebangkitan PKI membawa bendera Khilafah di depan Kantor DPR RI dan MPR RI Jakarta, beberapa waktu lalu. Isu khilafah menjadi pro kontra di Tanah Air terkait kurikulum pendidikan madrasah.

REPUBLIKA.CO.ID,

Wawancara Jejen Musfah, Pengamat pendidikan Islam dari UIN Syarif Hidayatullah

Bagaimana tanggapan Anda soal penghapusan materi khilafah dan perang dari kurikulum madrasah yang dilakukan Kementerian Agama (Kemenag)?

Dalam hal untuk menggantikannya dengan konten-konten yang lebih mendorong pada moderasi beragama, cinta NKRI, Pancasila, hingga bela negara itu dirasa tepat. Pemahaman khilafah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak tepat diajarkan kepada siswa. Sebaiknya siswa didorong hal seperti toleransi, agar nilai-nilai Islam yang diajarkan ke siswa diimplementasikan untuk sistem demokrasi yang baik.

Berarti menurut Anda langkah menghapus dua materi tersebut sudah tepat?

Hal yang terpenting bukan soal pilihan khilafah atau demokrasi, tapi bagaimana Muslim mengisi demokrasi dengan nilai-nilai Islam. Ajaran agama harus dipandang sebagai cara untuk mencapai kedamaian dan toleransi. Dan juga bukan untuk menebar kebencian terhadap sesama manusia. Agama harus hadir penuh cinta, kedamaian, toleran, sesuai dengan nilai kitab suci dan mencontoh nabi. Maka dari itu kurikulum dan kitab-kitab yang digunakan pesantren harus aman dari radikalisme.

Bagaimana seharusnya peran guru dalam memberikan pembelajaran agama Islam?

Guru harus memahami pentingnya toleransi dan menyampaikannya dengan cara menyenangkan. Guru-guru juga harus sebisa mungkin harus mengantisipasi paham keagamaan yang radikal.

Memang tidak bisa dimungkiri ada sejumlah guru menganggap khilafah sebagai solusi mengatasi masalah bangsa ini, tapi itu tidak tepat diajarkan ke siswa. Padahal, selama ini, sistem demokrasi tak masalah, yang utama nilai-nilai Islam ada dan terwujud.

Apakah revisi buku, khusunya terkait pendidikan agama Islam seperti yang pernah diwacanakan harus dilakukan?

Perlu dilakukan, revisi isi buku ajar agama itu harus memuat konten toleransi berbasis norma agama, sejarah nabi dan sahabat. Isinya juga harus berbasis praktik. Baik merujuk pada kearifan lokal atau budaya Indonesia juga harus ditonjolkan, tetapi tetap memiliki unsur agama Islam.

Buku-buku ini juga harus mampu menjangkau sekolah dan madrasah negeri maupun swasta di penjuru Indonesia. Agar paham-paham radikal tidak tumbuh di daerah-daerah. Kehidupan berbangsa dan bernegara juga harus diajarkan oleh guru-guru. Agar nilai-nilai Islam yang diajarkan ke siswa diimplementasikan dengan baik. 

(ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement