Sabtu 07 Dec 2019 08:46 WIB

Jimly Sebut Penggunaan Istilah Radikalisme Sudah Melebar

Ini membuat pemberantasan radikalisme yang digaungkan pemerintah jadi tidak produktif

Rep: Febrian Fachri/ Red: Gita Amanda
Ilham Akbar Habibie (kiri), mewakili ayahnya Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, berpidato usai menerima penghargaan dari Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie (kanan) saat pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) dan Milad Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) 2019, di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang, Sumatera Barat, Jumat (6/12/2019).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Ilham Akbar Habibie (kiri), mewakili ayahnya Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, berpidato usai menerima penghargaan dari Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie (kanan) saat pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) dan Milad Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) 2019, di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang, Sumatera Barat, Jumat (6/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Umum Ikatan Cendikiwan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menilai belakangan ini penggunaan kata radikalisme sudah terlalu melebar kemana-mana. Sehingga pemberantasan radikalisme yang digaungkan pemerintah menjadi tidak produktif.

Bahkan suara-suara dari bawah menurut Jimly sudah banyak yang mulai was-was karena kata radikalisme rentan digunakan buat antipati dan permusuhan terhadap kelompok yang berbeda.

Baca Juga

"Pemerintah harus mendengarkan suara-suara yang luas dari bawah. Jangan hanya memandang dari langit. Ini istilah radikalisme sudah terlalu melebar kemana-mana," kata Jimly kepada Republika di Auditorium Universitas Negeri Padang, Jumat (6/12) malam.

Jimly menyayangkan radikalisme yang dipahami dan dipersepsikan akhir-akhir ini hanya tertuju kepada umat Islam. Harusnya menurut Senator DKI Jakarta itu radikalisme jangan hanya dituduhkan kepada umat Islam. Sebab radikalisme bersembunyi di balik agama mana saja.

Agar penggunaan kata radikalisme ini tidak menjurus kepada pembelahan umat beragama, Jimly menyarankan supaya pemerintah jangan terlalu cepat menuduh. Sebab sikap seperti itu menurut Jimly tidak akan merukunkan kehidupan berbangsa.

Jimly mencontohkan beberapa orang atau kelompok tertentu punya cara pandang berbeda dalam beragama. Misalnya dengan mengekspresikan beragama dengan menggunakan celana cingkrang atau menggunakan cadar. Atau di agama lain dicontohkan Jimly ada yang tak mau hormat bendera karena dianggap menyembah suatu hal yang bukan tuhannya. Harusnya dalam menangani hal seperti ini kata Jimly harus bijak dan mengedepankan persuasif.

"Jadi jangan tiba-tiba langsung melarang atau menyalahkan. Diberi persuasi, disadarkan," ucap Jimly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement