REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Wakil Gubernur (Wagub) Lampung Chusnunia Chalim mengajak para ibu memerangi penyakit gizi buruk (stunting) di Provinsi Lampung. Menurut dia, masih banyak kaum ibu di Lampung yang melupakan diri dan anaknya masalah pentingnya asupan bergizi.
“Sudah saatnya perempuan berdaya bergerak bersama. Peran ibu dalam keluarga sangat penting terkadang memiliki peran ganda. Namun tidak dapat dijadikan alasan mengabaikan kecukupan gizi dan tumbuh kembang anaknya,” kata Chusnunia pada peringatan hari Ibu tahun 2019 di Kantor Gubernur Lampung, Kamis (5/12).
Nunik panggilan akrab Chusnunih menilai, peran ibu sangat strategis dan sudah saatnya berkiprah dan berkarya dalam pembangunan bangsa ini terutama generasi mudanya, sesuai dengan tema peringatan Hari Ibu kali ini “Perempuan Berdaya Indonesia Jaya.”
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana menyatakan, kasus gizi terjadi akibat pola asuh sebesar 20 persen dan 66,77 persen karena penyakit sertaan, dan terkadang ditimbulkan pula dari kondisi perekonomian. Besarnya penyakit penyerta itu muncul dari Tuberkolosis, Bronco pneumonia, kalainan jantung, dan diare.
Menurut dia, sebagian besar penyakit itu sangat berhubungan dengan faktor lingkungan yang kurang baik, seperti kondisi rumah yang tidak sehat dan sarana sanitasi yang tidak laik.
Data Pemprov Lampung yang dirilis 2019, kasus gizi buruk terdapat 86 kasus yang terjadi di Lampung selama tahun 2017. Kabupaten Lampung Tengah, masih menjadi sebagai penyumbang terbesar kasus gizi buruk yakni sebanyak 30 kasus. Meski demikian, angka tersebut cenderung menurun dalam kurun waktu tahun 2013 hingga 2017.
Kasus gizi buruk tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 94 kasus, tahun 2015 sebanyak 136 tahun, tahun 2014 terdapat 128 tahun, dan tahun 2013 terdapat 134 kasus. Kabupatena Lampung Tengah menjadi daerah terbesar penyumbang penyakit gizi buruk sebanyak 30 kasus, kemudian disusul Kabupaten Lampung Utara dan Lampung Timur masing-masing sebanyak 14 kasus.
Data menunjukkan, pola asuh menjadi penyumpang terbesar gizi buruk sebanyak 66, 77 persen. Hal itu terjadi dari pengetahuan ibu dalam pemberian makanan balita dan pengetahuan ibu tentang gizi pada anak, imunisasi dasar dan tumbuh kembang. Pengetahuan ibu yang kurang baik ini tercermin pada perilaku dalam pola asuh.