jatimnow.com - Siapa tak kenal Gajah Mada. Sosok yang selalu mengingatkan orang pada Sumpah Amukti Palapa, pemersatu Nusantara, hingga peristiwa berdarah di Alun-alun Bubat.
Namun siapa sangka sosok Perdana Menteri Kemaharajaan Majapahit yang dikenal sebagai panglima perang yang selalu unggul dalam pertempuran itu adalah seorang negarawan, intelektual hukum dan birokrat yang ulung.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan sejarawan yang juga Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU Agus Sunyoto, terungkap sejumlah fakta baru tentang Gajah Mada.
Versi Agus Sunyoto, aturan hukum Kerajaan Majapahit dibuat dari pemikiran Gajah Mada. Itu disampaikannya saat hadir sebagai pembicara dalam Seminar Sejarah PU Gajah Mada Putra Lamongan di Pendopo Lokatantra, Rabu (4/12/2019).
Hal ihwal Gajah Mada sebagai putra Lamongan juga sudah dibukukan oleh Agus Sunyoto dengan judul yang sama. Menurutnya, Gajah Mada-lah yang membuat berbagai norma hukum di era Majapahit. Mulai dari hukum ekonomi pasar, hukuman bagi yang melakukan perzinahan hingga aturan hukum perlindungan terhadap kaum perempuan.
Perdana Menteri Gajah Mada, menurutnya, membuat aturan dengan sangat detail. Mulai dari hukum perdagangan, yaitu bagi penjual yang melakukan kecurangan akan mendapat hukuman setimpal. Selain itu, juga ada hukuman bagi yang melakukan zina dan hukuman berat terhadap pelecehan seksual.
"Perlindungan terhadap perempuan di masa Gajah Mada luar biasa tingginya, hingga pelaku pemerkosa dihukum mati," ungkapnya.
Bupati Lamongan Fadeli berharap untuk terus berupaya mengungkap fakta di balik sejarah yang banyak ditulis selama ini. Fakta Gajah Mada lahir di Lamongan dengan nama kecil Joko Modo ditunjukkanya dengan adanya makam ibundanya, Nyi Andong Sari di Dusun Cancing, Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Kemudian adanya Situs Sitinggil di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, yang diyakini tempat Joko Modo melakukan ritual ibadah. Serta adanya Prasasti Biluluk yang menegaskan arti penting dan strategis Lamongan di masa lalu.
Fadeli berharap fakta siapa sebenarnya Gajah Mada, terutama semangatnya, dari orang berkasta rendah hingga menjadi menteri besar agar dipahami oleh generasi muda saat ini.
"Upaya menyakinkan bahwa Gajah Mada putra Lamongan tidak boleh berhenti sampai seminar ini saja. Sampaikan kepada masyarakat siapa sebenarnya Gajah Mada, anak-anak Lamongan harus bangga dengan Lamongan yang memiliki arti penting dan strategis di masa Airlangga dan Majapahit," ujar Fadeli.