Jumat 29 Nov 2019 20:27 WIB

Survei Parameter Poitik: Agama-Pancasila Sama-Sama Penting

Responden menilai agama dan Pancasila sama-sama penting.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan / Red: Nashih Nashrullah
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno
Foto: Nawir Arsyad Akbar / Republika
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga Parameter Politik menyebutkan secara umum pemilih di Indonesia pada Pilpres 2019 lalu, beranggapan bahwa agama dan Pancasila sama-sama penting.

Kesimpulan itu tertuang dalam survey Parameter Politik belum lama ini. Sebanyak 81,4 persen responden tidak meragukan hal tersebut. 

Baca Juga

“Meski masih ada 15,6 persen yang beranggapan agama lebih penting,” kata Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, ketika ditemui Republika.co.id, di Kantor Parameter di Jakarta, Jumat (29/11).

Menurut dia, secara umum pemilih di Indonesia pada pilpres 2019 lalu, beranggapan bahwa agama dan Pancasila sama-sama penting.     

“Melalui survei dilakukan, di sini kami ingin mengukur pandangan publik. Penting mana antara agama dan ideologi negara?” ujar di. 

Akan tetapi sambung dia, secara keseluruhan hal tersebut tidak menunjukkan adanya ancaman pada eksistensi negara. 

Adi mengatakan, mayoritas dari responden yang ditemui di berbagai wilayah itu beranggapan bahwa bentuk negara Indonesia saat ini dinilai paling cocok. “Moderat di NKRI paling cocok, mengutamakan agama meski tidak perlu diumbar-umbar,”katanya. 

Berdasarkan data yang didapat, dia menyimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang berdasarkan agama. Sehingga hanya orang beragama yang bisa tinggal di Indonesia.   

Dia menyayangkan jika ada pihak yang mengatakan bahwa Indonesia sedang darurat fundamentalisme. Sebab, hal itu dinilai berlebihan karena posisi agama dan Pancasila dinilai sama pentingnya.  

Ketika ditanya wajah Islam pascapilpres, menurut dia, saat ini masyarakat Indonesia memiliki wajah moderat. Di mana, masyarakat menunjukkan atensinya pada harmonisasi NKRI dengan agama yang tidak diformalkan.

“Wajah Islam politik Indonesia itu moderat. Dan hanya sedikit saja yang menggaungkan Islam politik. Sehingga persoalan Indonesia sekarang bukan fundamentalisme, melainkan ekonomi, lapangan pekerjaan dan lainnya,” tutur dia  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement