MAJALENGKA, AYOBANDUNG.COM--Bukit Mercury Sayang Kaak di Blok Cibuluh, Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka punya daya pikat alam yang luar biasa.
Bukit ini kerap menjadi destinasi kaum urban yang ingin melepaskan diri dari keriuhan kota, sampai milenial yang ingin memperkaya koleksi foto-fotonya.
Bagaimana tidak, Bukit Mercury Sayang Kaak adalah kombinasi pemandangan natural khas pegunungan di atas ketinggian 1.600 MDPL, serta spot-spot buatan yang menambah kecantikannya.
Perjalanan menuju Bukit Mercury Sayang Kaak terhitung tak mudah. Mengingat letaknya yang berada di perbukitan Gunung Ciremai, jalanan menuju ke sana berkelok dan cukup terjal.
Infrastruktur jalan menuju Bukit Mercury Sayang Kaak sayangnya hanya dapat dilalui dengan sepeda motor.
Namun, kondisi jalan sendiri cukup memadai, meski tak seluruhnya beraspal. Di tengah perjalanan, kita akan melintasi pemukiman warga yang cukup padat.
Hanya, pemandangan alam di sekitarnyalah yang akan memanjakan mata, di samping udara pegunungan yang menyegarkan. Sepanjang kanan kiri jalan, kita akan disuguhi tanaman daun bawang, kol, bawang merah, termasuk kacang-kacangan.
Ditanam warga setempat menggunakan metode berundak atau terasering, menjadikan keseluruhan panorama alam sekitar Bukit Mercury Sayang Kaak begitu elok.
"Wisata alam Bukit Mercury Sayang Kaak ini berada di zona pemanfaatan di lahan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Dikelola masyarakat setempat," terang sekretaris pengelola Bukit Mercury Sayang Kaak, Tisna kepada Ayocirebon.com.
Bukit ini sebelumnya lebih dikenal sebagai area berkemah, sebelum kemudian dikenal sebagai destinasi wisata alam.
Tak hanya destinasi wisata, Bukit Mercury Sayang Kaak juga merupakan lokasi konservasi maupun edukasi.
Ditata pertama kali sebagai objek wisata pada sekitar Februari 2017, Bukit Mercury Sayang Kaak rupanya populer seiring tenarnya objek wisata lain di Argapura, yakni Lembah Panyaweuyan.
Lembah Panyaweuyan sendiri merupakan destinasi wisata alam yang populer dengan lansekap terasering. Pemandangan di Lembah Panyaweuyan yang mirip dengan Bali, dapat kita jumpai di tengah perjalanan menuju Bukit Mercury Sayang Kaak.
Menurut Tisna, nama Bukit Mercury Sayang Kaak merupakan perpaduan nama kekinian dengan nama yang dikenal masyarakat sekitar.
"Masyarakat sini mengenal area ini dengan nama Sayang Kaak artinya burung gagak. Konon, dulu di sini banyak sarang burung gagak," paparnya.
Meski kini burung gagak dimaksud tak banyak ditemui, Tisna menyebut, nama itu sudah sangat melekat.
Untuk menambah 'rasa kekinian', bukit itu pun kemudian dinamakan Bukit Mercury. Nama itu sebelumnya diusulkan hanya karena terdengar indah.
Selanjutnya, dikenalkan ke hadapan khalayak ramai dengan memadukan kedua nama tersebut. Jadilah Bukit Mercury Sayang Kaak.
Harga tiket masuk bukit ini Rp15.000/orang. Saat hari biasa, sedikitnya 100 pengunjung menikmati waktunya di Bukit Mercury Sayang Kaak.
"Jumlahnya meningkat saat akhir pekan dan hari libur nasional sampai sekitar 500 orang," ujarnya.
Jelang akhir tahun dan tahun baru nanti, biasanya Bukit Mercury Sayang Kaak akan diserbu para pecinta alam yang berkemah.
Fasilitas umum di Bukit Mercury Sayang Kaak sendiri tergolong representatif. Selain sejumlah warung yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau, di sini pun terdapat toilet bersih dan lahan parkir yang memadai.
Di sini terdapat beberapa spot bagi pengunjung yang ingin berswafoto. Salah satu spot yang ikonik berupa tempat ngopi yang tampak menggantung atau melayang di ketinggian, dengan pemandangan alam sekitarnya.
Perjalanan ke Bukit Sayang Kaak memang tergolong penuh tantangan. Tapi, begitu Anda sampai puncak, buah yang akan dipetik sangatlah manis.