Kamis 28 Nov 2019 17:44 WIB

Riset: Banyak yang Menolak Penggunaan Skuter Listrik

Responden yang juga pejalan kaki mengeluhkan kehadiran skuter listrik.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Warga menggunakan skuter listrik di kawasan Senayan, Jakarta, Sabtu (23/22/2019).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warga menggunakan skuter listrik di kawasan Senayan, Jakarta, Sabtu (23/22/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Universitas Airlangga sekaligus Ketua Peneliti Research Institute of Socio Economic Development (RISED) Rumaya Batubara mengungkapkan dalam survei yang dilakukan banyak yang menolak penggunaan skuter listrik. Dalam riset yang dilakukan sekitar dua pekan lalu dengan seribu responden DKI Jakarta, sebanyak 75,4 persen menolak penggunaan skuter listrik dan 24,6 persen menerima. 

"Bisa dikatakan tiga dari empat responden setuju penggunaan skuter listrik di Jakarta harus ditolak. Responden ini pengguna jalan ya, bisa mobil, motor, dan juga pejalan kaki," kata Rumaya di Jakarta, Kamis (28/11). 

Baca Juga

Dia menjelaskan para responden yang perupakan pejalan kaki juga mengeluh dengan adanya penggunaan skuter listrik. Rumaya mengatakan 67,5 persen pejalan kaki mengeluhkan hal tersebut.

"Kebanyakan pejalan kaki mengeluh karena ketidkamanan dan sikap pengguna skuter listrik yang tidak tertib," ujar Rumaya. 

Rumaya mengatakan pejalan kaki yang mengeluh tersebut sering merasa terganggu dan terancam saatberjalan di jalur pedestrian. Terutama dengan adanya penggunaan skuter listrik di Jakarta. 

Setelah faktor kenyamanan terganggu, Rumaya mengatakan sebanyak 81,8 persen masayarakat Jakarta mendukung rencana pembatasan penggunaan skuter listrik. Terlebih, kata Rumaya, saat ini baik pemerintah pusat dan daerah tengahmenggodok aturan untuk penggunaan skuter listrik. 

"Ini saatnya ada regulasi yang bisa dilakukan karena ada kebutuhan untuk mengatasi fenomena skuter listrik," tutur Rumaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement