REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Reformasi yang telah berjalan selama dua dekade berperan dalam melakukan proses restrukturisasi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Tetapi dibalik itu, reformasi memiliki dampak lain yaitu munculnya fenomena lunturnya nilai dan norma tentang masa lalu. Salah satunya yang paling berbahaya adalah lunturnya nilai Pancasila sebagai falsafah bangsa. Hal ini dapat mengakibatkan kekosongan ideologi bangsa yang ironisnya menjadi rentan terhadap serangan ideologi asing.
“Untuk menghindari hal tersebut yang harus dilakukan adalah penguatan kembali pemahaman dan pengamalan Pancasila kepada masyarakat,” ujar peneliti dari Pusat Studi Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara Indah Pangestu Amaritasari, Selasa (26/11).
Karena itu, menurut Indah, perlu dipahami penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila. Ini penting dengan mengetahui masalah ini, diharapkan akan diketahui solusi untuk penguatan kembali Pancasila. Dengan demikian, tidak ada ideologi lain yang masuk apalagi sampai mengajarkan ekstrimisme.
“Lunturnya nilai Pancasila adalah ketika ada nilai lain yang dirasa lebih dapat diterima secara umum. Ini harus diwaspadai apalagi jika kemudian mengarah pada ekstrimisme. Cara mencegah hal itu tentu melalui pendidikan yang paling mendasar yaitu pada keluarga,” tutur Indah.
Ia melanjutkan, penguatan dan pengamalan Pancasila yang di mulai dari keluarga, akan sangat efektif. Apalagi didukung dengan dengan penguatan wawasan kebangsaan kepada masyarakat khususnya kalangan milenial yang rentan dengan penyebaran ekstrimisme.
“Kalangan milenial ini sangat familiar dengan digital dan siber. Artinya dalam memperkuat wawasan kebangsaan kepada mereka harus memperhatikan pengunaan media-media ini termasuk misalnya pelibatan influencer media didalamnya,” kata wanita yang juga aktif di Yayasan Pingo Indonesia ini.
Selain itu penting juga untuk melindungi kelompok yang rentan terpapar oleh ideologi lain. “Justru penekanannya adalah pada aspek pelindungan bagi kelompok yang rentan terkena paham radikal. Mereka bisa saja tergerak menjadi ekstrimis kekerasan dan melanggar hukum ketika ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut. Harus terus kita tanamkan wawasan kebangsaan kepada mereka-mereka ini,” ungkapnya.