Rabu 27 Nov 2019 23:39 WIB

Al-Jahiz: Pakar Zoologi dari Basrah

ilmuwan Muslim dari Basrah yang dikenal dengan nama Al-Jahiz.

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Al-Jahiz: Pakar Zoologi dari Basrah
Al-Jahiz: Pakar Zoologi dari Basrah

Oleh Muhammad Syahrul Mubarak

Siapa yang tidak mengenal Charles Darwin. Seorang ilmuwan yang mengemukakan teori Evolusi. Namun, siapa sangka bahwa embrio teori evolusi ternyata sudah dikemukakan jauh sebelumnya oleh ilmuwan Muslim dari Basrah yang dikenal dengan nama Al-Jahiz.

Ahli Biologi Barat, Jhon William Draper, yang semasa dengan Charles Darwin, mengakui, “Teori Evolusi yang dikembangkan Islam sudah lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan, Para ahli Biologi Muslim meneliti hingga berbagai hal mengenai anorganik serta mineral.” Selain menggagas teori evolusi, rupanya Al-Jahiz juga maestro di bidang ilmu Biologi, terutama Zoologi (ilmu tentang hewan).

A l-Jahiz memiliki nama lengkap Abu Uthman Amr ibn Bahr Al-Kinani Al-Fuqaimi Al-Basri. Kata Al-Jahiz (yang berarti goggle-eyed) merupakan laqab yang diberikan kepadanya. Konon, karena matanya yang besar dan bundar.

Dia dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga miskin. Dia lahir di Basrah, Irak, pada 781 M (164 H). Al-Jahiz adalah keturunan Arab Negro dari Timur Afrika. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Ketika masih kecil, ia menjalani hidup dengan menjual roti dan ikan di pasar Basrah.

Meskipun harus berjuang membantu perekonomian keluarga yang morat-marit, ia tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains. Dia bersekolah hingga usia 25 tahun. Di sekolah, ia mempelajari banyak hal, seperti puisi Arab, filsafat Arab, sejarah Arab dan Persia sebelum Islam, serta Al-Qur’an dan Hadits. Semangat membacanya hingga ia menyewa buku dan membacanya di waktu malam.

Dia menikmati masa pertumbuhannya di masa transisi sumber utama pengetahuan berpindah dari Yunani kuno ke dunia Arab. Buku bukan lagi barang mewah yang hanya bisa diperoleh golongan tertentu. Pada saat itu, dimulai penyebaran dan penggunaan kertas. Buku-buku lebih mudah diperoleh, sehingga kesadaran membaca juga meningkat. Di wilayah-wilayah di mana Islam berkuasa, banyak ilmuwan lahir dari golongan rakyat jelata. Al-Jahiz adalah salah satunya.

Al-Jahiz adalah penganut awal determinisme lingkungan. Menurutnya, lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik sebuah komunitas. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia terjadi akibat hasil dari lingkungan tempat di mana ia tinggal. Dialah ahli biologi Muslim pertama yang mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan seekor binatang tetap bertahan hidup. Sejarah peradaban Islam mencatat, dialah ahli biologi pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle for existence). Menurutnya, untuk dapat bertahan hidup, makhluk hidup harus berjuang. Hal tersebut mengacu pada pengalaman hidupnya sendiri.

Sebenarnya, Al-Jahiz sudah mulai menulis sejak kecil. Namun, keberadaan karya tulisnya baru diketahui masyarakat umum pada 815-816 (200 H). Karirnya sebagai penulis ia awali dengan menulis artikel ketika di Basrah. Kemudian pindah ke Baghdad, yang saat itu menjadi ibukota Dinasti Abbasiyah. Kepindahannya diawali oleh essay yang ditulisnya mengenai institusi kekhalifahan, dan hal itu mengundang pujian Khalifah Al-Ma’mun, khalifah ke-7 Dinasti Abbasiyah. Al-Jahiz adalah penulis sangat produktif. Selama hidupnya, dia menulis sekitar 200 buah buku. Sayangnya, hanya 30-an yang masih ada. Kecerdasannya membuatnya mampu menulis mengenai berbagai bidang.

Di antara judul buku yang ia tulis adalah Kitab al-Hayawan (The Book of Animals), Kitab al-Bukhala (The Book of Misers or Avarice & the Avaricious), Kitab al-Bayan wa al-Tabyin (The Book of Eloquence and Demonstration), Kitab Mufakharat al Jawari wal Ghilman (The Book of Dithyramb of Concubines and Ephebes), Kitab al-Amsar wa Ajaib al-Bulhan (The Book of the Metropolises and the Wonders of the World) dan Risalat Mufakharat al-Sudan ‘ala al-Bidan (Superiority Of The Blacks To The Whites).

Dari sekian banyak karya, Kitab al-Hayawan (Buku Tentang Binatang) adalah karya monumentaknya. Buku ini diakui sebagai buku kajian zoologi terlengkap pertama yang ditulis dalam bahasa Arab.

Kitab al-Hayawan atau bisa juga disebut sebagai ensiklopedia hewan berisi rangkuman ilmu zoologi, penjabaran jenis hewan, sifat dan perilakunya, serta ragam penyakit dan cara memelihara hewan.

Dalam buku ini juga dijumpai beberapa teori tentang evolusi spesies, pengaruh iklim, dan psikologi kehewanan, yang belum dikembangkan hingga memasuki abad XIX. Buku ini terdiri atas tujuh volume, menjabarkan tentang lebih dari 350 spesies hewan yang dilengkapi gambar-gambar. Sehingga, buku ini menjadi rujukan penting dalam ilmu zoologi.

Al-Hayawan memuat tiga hal penting dalam evolusi, yang juga dituliskan Charles Darwin dalam The Origin of Species.

Menurut Al-Jahiz, hewan-hewan berjuang untuk tetap bertahan hidup, bertransformasi menjadi spesies, dan mengatasi faktor-faktor lingkungan. Ini bukti bahwa Al-Jahiz adalah orang yang menemukan proses seleksi alam. Hingga muncul anggapan bahwa Darwin ‘hanya’ menambahkan dan melengkapi pikiran Al-Jahiz saja. Kitab Al-Hayawan pun menjadi acuan bagi para pakar hewan dan pemikir evolusi di Eropa.

Dalam buku tersebut, Al-Jahiz menulis tentang sistem mimikri. Dia menyadari bahwa parasit dapat menyamakan warna dirinya dengan warna induknya. Selain itu, terdapat juga informasi mengenai sistem komunikasi dan psikologis hewan, serta tingkat kecerdasan serangga dan binatangbinatang lainnya. Ia menuliskan dengan jelas bagaimana hewan yang lebih besar bisa menakuti hewan yang lebih kecil ukurannya. Semua hewan akan memangsa hewan yang lebih kecil darinya, dan hewan tidak bisa memangsa yang lebih besar dari ukurannya. Menurutnya, itulah hukum eksistensi.

Berbagai pengakuan diberikan kepada Al-Jahiz atas kontribusinya, khususnya zoologi. M A Anees, seorang pakar Biologi, menyatakan bahwa buku al-Hayawan menunjukkan kecerdasan Al-Jahiz dalam memberikan pemahaman reproduksi biologis dasar. Miguel Asín Palacios, seorang ilmuwan dan pendeta Katolik, mengatakan bahwa karya Al-Jahiz sangat berarti bagi perkembangan sains, terutama zoologi.

Hingga saat ini, Kitab al-Hayawan masih digunakan di Irak dan beberapa negara sekitarnya. Sebanyak 87 lembar, atau sepertiga dari halaman asli buku tersebut, kini disimpan di Perpustakaan Ambrosiana, Milan, Italia. Setelah melakukan perantauan lama di Baghdad dan berbagai kota, dia kembali ke tanah kelahirannya dan meninggal dunia di usianya yang ke 93 pada tahun 868/869 H.

Muhammad Syahrul Mubarak, Aktivis IMM Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga – Yogyakarta

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 13 Tahun 2017

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement