REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) bidang kesehatan terkait angka kesakitan masyarakat Indonesia pada 2019 mencapai sebesar 15,38 persen. Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Gantjang Amanullah di Jakarta, Rabu (27/11), menerangkan, bahwa angka tersebut ialah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitasnya.
"Selama lima tahun terakhir penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitasnya cenderung menurun," kata Gantjang.
Penurunan itu terlihat dari data Susenas tahun 2015 yang mengungkapkan angka kesakitan sebesar 16,14 persen. Angka tersebut terus menurun hingga mencapai terendah pada 2018 yang kemudian naik kembali pada 2019.
Angka kesakitan dalam lima tahun terakhir sejak 2015 ialah 16,14 persen, 15,18 persen, 14,13 persen, 13,91 persen, dan melonjak lagi mencapai 15,38 persen. Dalam survei yang dilakukan pada Maret 2019 dengan sampel sebanyak 320 ribu rumah tangga tersebut menunjukkan bahwa provinsi dengan persentase angka kesakitan terendah adalah Papua 8,03 persen. Sementara Nusa Tenggara Barat adalah provinsi dengan persentase angka kesakitan tertinggi yaitu 22,69 persen.
Penduduk yang mengalami sakit juga lebih tinggi di perdesaan dengan 16,89 persen ketimbang perkotaan 14,19 persen. Hampir seluruh penduduk Indonesia juga sudah memilih untuk berobat ke fasilitas kesehatan ketika sakit yaitu sebanyak 98,37 persen. Penduduk yang menjalani rawat inap ketika sakit dalam satu tahun terakhir cukup rendah yaitu 5,05 persen.