CIREBON, AYOBANDUNG.COM -- Jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kota Cirebon mencapai 1.596 orang. Dari jumlah itu, 592 penderita di antaranya terkategori berat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Edy Sugiarto menyebutkan, 1.596 penderita gangguan jiwa terkategori beragam, mulai dari ringan hingga berat.
"Dari jumlah itu, 592 orang diantaranya merupakan penderita depresi berat atau ODGJ karena RTA (reality testing ability) sudah terganggu. Si penderita tak bisa membedakan realitas, seperti tak bisa membedakan pagi dan malam," jelasnya ditemui Ayocirebon.com seusai serah terima ODGJ asal Kota Cirebon pasca rawat di RS Marzoeki Mahdi (RSMM), Bogor, Senin (25/11/2019).
Dia menjamin, seluruh ODGJ di Kota Cirebon tak ada yang dipasung. Tak sedikit di antara mereka yang beroleh pengobatan dari puskesmas dan Rumah Sakit Daerah Gunung Jati (RSDGJ), Kota Cirebon.
AYO BACA : Cianjur Diduga Jadi Lokasi Pembuangan ODGJ
Dari 592 ODGJ di Kota Cirebon, tahun ini baru 32 orang yang beroleh perawatan di RSMM. Dengan begitu, 560 ODGJ sisanya belum beroleh perawatan di RSMM.
Edy menyebutkan, masih banyak keluarga dari ODGJ yang enggan membiarkan kerabatnya dibawa keluar dari lingkungan keluarga. "Masih banyak keluarga yang tidak mengizinkan kerabat ODGJ-nya dirawat jauh dari keluarga," cetusnya.
Rencananya, perawatan bagi ODGJ di RSMM akan kembali dilakukan tahun depan. Dalam kesempatan itu, dia menjamin ketersediaan obat di puskesmas maupun RSDGJ bagi ODGJ.
Rata-rata ODGJ yang menerima pengobatan harus mengonsumsi 4-5 jenis obat. Obat-obatan tersebut di antaranya meliputi obat yang menstimulasi otak, anti depresan, hingga anti halusinasi.
AYO BACA : 34 ODGJ Cirebon Dirawat di RS Marzoeki Mahdi Bogor
"Obat-obatan sudah kami siapkan di puskemas dan rumah sakit," tegasnya.
Dia juga meminta pihak keluarga aktif membantu pengobatan pasien ODGJ. Bila pun tak bisa, dia menjamin petugas kesehatan siap menjemput.
Pengobatan pasien ODGJ sendiri berlaku bertahap, mulai dari sebulan sekali, tiga bulan sekali, enam bulan sekali, hingga pulih. "Kalau tiga tahun berturut-turut tidak kambuh, artinya pulih," terangnya.
Sementara itu, promotor kesehatan jiwa RSMM, Iyep Yudiana menyebutkan, RSMM menerima perawatan bagi pasien ODGJ, Napza, dan umum. "Dari 500 tempat tidur, lebih dari 400 tempat tidur di RSMM digunakan untuk merawat pasien ODGJ," tuturnya.
Selama ini, tingkat keterisian tempat tidur di RSMM rata-rata di atas 90%. Dia mengungkapkan, ODGJ selayaknya diperlakukan normal seperti lainnya. Mereka tetap harus diajak berbicara dan beraktivitas.
Sayangnya, selama ini stigma negatif terhadap ODGJ masih beredar di tengah masyarakat. Penyakit mereka dianggap sebagai kutukan yang tak perlu diobati hingga merupakan aib.
"Selain itu, pengetahuan keluarga tentang ODGJ pun masih rendah," tandasnya.
AYO BACA : Tak Lagi Dipasung, 25 ODGJ di Cirebon Dapatkan Perawatan Medis