REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Megawati Soekarnoputri mengenang Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) usai menerima penghargaan sebagai tokoh pelopor dan modernisasi BMKG. Mega mengingat keberadaan BMKG saat ini tidak lepas dari peran Gusdur saat menjabat Presiden RI ke-empat.
“Saya tidak menyangka bahwa saya akan mendapatkan kehormatan, karena saya sendiri berpikir saat itu saya ditugasi oleh Gus Dur. Jadi saya sedikit bernostalgia, sebetulnya apa yang tadi dikatakan oleh Ibu Dwi (Kepala BMKG) memang keputusan dibuatnya saat saya jadi Presiden tapi sebenarnya penugasan itu (diberikan) ketika saya menjadi Wapres, jadi saat pemerintahan Presiden Gus Dur,” kata Megawati di Gedung BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (25/11).
Mega berujar, saat itu Indonesia tengah mengalami keprihatinan yang cukup besar karena terjadi resesi dunia. Negara, ungkapnya, tidak memiliki uang namun sebagai Wapres, Mega mendapatkan banyak sekali tugas. Termasuk mengurus masalah BPPN dan bencana.
“Ketika saya buka urusan bencana, saya punya Setneg yang handal sekali, ‘ini di mana toh untuk ngurusi bencana,’ jadi Pak Bambang itu cepat sekali, ia langsung kasih ‘ini loh Bu,’ Loh kenapa (BMKG) ada di perhubungan lalu tempatnya di Sub Direktorat. Saat itu langsung saya bawa ke Presiden (Gusdur). Saya bilang, ‘Mas saya tidak terima tugas ini kalau tidak bisa diubah,” kata Mega kepada Gusdur.
“Kenapa?” tanya Gusdur. “Bayangkan, yang namanya masih bicara dengan menteri korbannya tidak tahu berapa, ‘lalu?’ Ya harus diubah,” kata Mega lagi kepada Gusdur.
“Dan saya sudah bertanya, apa di dalam struktur pemerintahan kita yang sangat memungkinkan. Waktu itu dibilang badan saja karena itu bisa langsung dengan Presiden karena lebih kepada bobot pelaksanaan,” kata Mega.
Saat itu juga Mega meminta izin Gus Dur agar dapat mengubah BMKG yang awalnya hanya Sub Direktorat menjadi badan tersendiri. Gus Dur pun langsung menyetujui.
“Itulah awal mula saya membangun, kalau boleh disebut demikian BMKG,” kata Mega.
Sejak saat itu juga, Mega mengaku langsung terjun ke lapangan untuk melihat bencana secara langsung. Apakah bencana yang terjadi karena konflik atau karena bencana alam. Pasalnya jika bencana tersebut karena konflik, maka menjadi urusan keamanan.
“Masalah keuangan (saat itu) minim, jadi saya minta sama Presiden, saya tidak mau tahu tapi bagaimana kalau tidak ada dana, bagaimana jalannya (mengurus bencana),” ujar Mega.
Gusdur pun membantu. Karena itu Mega juga mengaku harus berpikir kreatif inovatif untuk tahu kapan gempa dan longsor bisa terjadi. Alat seperti apa yang dapat mendeteksi secara maksimal dan cepat dalam saat hendak terjadi bencana gempa maupun taunami.
Mega kemudian juga banyak belajar dari negara-negara lain bagaimana dan apa yang mereka lakukan ketika bencana terjadi. Termasuk mencari tahu alat yang kemungkinan mampu mendeteksi secara cepat akan terjadinya bencana besar.