Senin 25 Nov 2019 19:26 WIB

IDI Deklarasikan Komitmen Pencegahan Stunting

IDI mendeklarasikan komitmen pencegahan stunting dalam Hari Bakti Dokter.

Rep: MG 03/ Red: Reiny Dwinanda
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah mendeklarasikan pencegahan stunting sebagai bagian dari perayaan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-111. Menurut Ketua Umum IDI Daeng M Faqih, jumlah penderita stunting di Indonesia saat ini adalah sepertiga dari total anak Indonesia.

Daeng mengatakan bahwa deklarasi tersebut menjadi awal gerakan pencegahan stunting di Indonesia. Saat itu diadakan penandatangan komitmen mencegah stunting oleh banyak pihak, termasuk IDI dan masyarakat.

Baca Juga

“Kami akan lakukan gerakan langsung ke masyarakat, bersama tokoh dan IDI se-Indonesia untuk melakukan upaya-upaya melawan stunting,” ucap Daeng saat perayaan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-111 yang digelar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Lapangan Parkir Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad.

Daeng mengungkapkan, presentase anak stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen, terpaut cukup jauh dari angka yang rujukan World Health Organization (WHO,) yaitu di bawah 20 persen. Daeng mengatakan, berdasarkan angka tersebut, dibutuhkan upaya maksimal untuk menurunkannya lebih dari 10,8 persen.

Sebaran anak stunting hampir merata di seluruh Indonesia. Daeng mengatakan, provinsi dengan jumlah penderita stunting paling rendah ada di Bali.

“Yang dekat dengan Jakarta saja tinggi, Banten itu tinggi," jelas Daeng.

Stunting merupakan kondisi di mana anak gagal tumbuh karena kurang protein atau kurang gizi. Hal ini akan berakibat pada keterhambatan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak.

Selain itu, stunting juga dapat membuat anak berpotensi terkena penyakit tidak menular di masa pertumbuhannya. Daeng menjelaskan bahwa stunting bisa diobati, tetapi tidak maksimal 100 persen.

Menurut Daeng, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan yang bisa dimulai sejak masa kehamilan. Upaya tersebut pun tidak dapat dilakukan oleh praktisi kesehatan saja, tetapi juga orang tua, pemerintah dan seluruh masyarakat. Ini juga yang dikatakan oleh Reisa Broto Asmoro, dokter sekaligus selebritas yang turut serta mengkampanyekan cegah stunting.

“Untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia, bukan hanya tugas Kementrian Kesehatan, melainkan semua elemen masyarakat tanpa terkecuali, termasuk kami yang berhimpun dalam organisasi profesi,” ucapnya setelah melakukan penandatangan komitmen cegah stunting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement